Monday, 3 November 2008

Dasar Dokter Psycho!

Dulu waktu kecil sempet pengeeeeennn banget jadi dokter--yang saya gak tau kenapa juga pengen jadi dokter. Tapi kemarin, malah jadi sebeeeeelll banget sama dokter!!

Awalnya disuruh check-up sama ibu. Yasud lah, mending nurut deh daripada ngedenger omelan panjangXlebarXtinggi. Begitu daftar, si tante resepsionis langsung nawarin mau konsul ke dokter sapa, karena katanya dokter yang terakhir saya gunakan jasanya lagi cuti liburan. Pilihanya cuma 2: dokter Duror En Nasik (tuh kan, saya sampe apal namanya) sama dokter Henny.

Karena faktor kelemahan wanita (cuih-cuih) reflek saya bilang, "Ke Duror aja bu. Dia lagi kosong kan?"
Walhasil, jadilah saya ke om Duror itu. Hmm, sebenernya siihhh, saya pilih dia karena (katanya) dia masih muda, wangi, gaul, dan TAMPAN!! hahahaha. Tapi ternyata ketampanan bukan jaminan yah..

Semenit, dua menit, tiga menit saya ditangani si dokter. Lama-lama saya sudah gak kuat, gara-gara belum sampe dua menit, mulut saya sudah penuh darah. Hhhh... Dan si dokter cuek-cuek aja. Bbukannya kasih kesempatan buat kumur-kumur dulu keq. Eh tapi dia asoy geboy sajah!! Malah dari mulutnya mengalun petikan lagu terbaru Peterpan yang diputar di CD Player di ruangan! Dasar dokter psychooooo!! Dan saya cuma bisa mengumpat pelan dalam hati, setiap ngerasain asinnya darah segar di lidah saya selama hampir 1 jam.

Ah, mestinya besok-besok saya ganti tuh papan nama di depan ruangan dia: "Dokter Teror En Nasik"
Hhhh!!

Cirebon.

Sunday, 19 October 2008

Siapa Bilang Kenangan Itu Indah Dikenang?

Mengenang, berasal dari kata awal kenangan, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti sesuatu yang membekas di ingatan; kesan. Sedangkan mengenang berarti membangkitkan kembali dalam ingatan; mengingat-ingat; membayangkan.

Kenangan—ingatan, suatu kata yang tak sama tapi bermakna serupa. Acap kali manusia selalu merepresentasikan kata mengenang sebagai mengingat hal-hal yang biasanya merupakan kejadian yang dianggap baik, manis, menyenangkan. Ya iyalaaaahh…ngapain juga mengingat hal-hal yang buruk dan menyedihkan? Bikin makan ati ajah!

Saat ini saya memang sedang terkenang sesuatu. Lebih tepatnya habis mengenang sesuatu. Tapi entahlah ini merupakan kenangan yang menyenangkan atau menyedihkan. Saya masih ingat hampir setahun lalu, saya masih meneteskan embun saat mengingatnya. Tapi hari ini, ketika saya tergerak untuk kembali membuka map coklat di lemari buku dan membaca sebuah buku tipis dengan 24 halaman itu, saya tak lagi merasa pilu, sedih, haru, maupun perasaan melakolis lainnya. Ya, saya kini bisa membacanya dengan perasaan yang lebih stabil. Tak ada lagi getar-getar aneh. Tak ada lagi rasa pilu yang menghujam dada, tak ada lagi rasa yang dulu membuat saya merasa bersalah kepada seseorang itu. Yang saya tahu, hanya rasa datar yang saya rasa. Tak ada kesedihan disana. Pun tanpa kesenangan. Hanya datar, tanpa ekspresi. Entahlah mengapa, saya pun tak tahu.

Akhirnya saya tersadar, setelah terlupakan dan memang sengaja dilupakan, semua yang tersimpan di dalam buku itu telah terkubur, entah dimana. Dan saya tak pernah mencoba untuk mencarinya kembali. Toh, kenangan hanyalah sebuah kenangan. Lagipula bukankah suatu kenangan manis tak akan pernah menjadi manis, jika ia pernah ternoda dengan asinnya air mata? Lalu haruskan kenangan itu lantas berubah menjadi sebuah kenangan yang menyedihkan? Tapi rasanya tak adil bukan, jika hanya karena air mata sebelanga lalu rusaklah setitik kenangan? (hemm, nampaknya ada yang aneh dengan peribahasa ini ya? Tapi tak salah kan, jika kita berimprovisasi sedikit? Hehehe.).

Namun, bukankah hidup memang kadang tak adil? 

Jatinangor