Monday, 30 March 2009

Selamat Pagi, Mentari!

Pernahkah kau merasa begitu bahagia dalam hidupmu? Seakan semua makhluk turut mengamini kehidupanmu, kau buka pagimu dengan mengucap salam selamat pagi kepada mentari?

Lalu kau jelang dia yang senyumnya serupa mentari. Sapanya seumpama burung gereja bernyanyi, dan langkahnya serupa lambaian bebungaan tertiup angin. Bersamanya kau akrabi embun yang biasanya tak pernah datang. Kau karibi wangi tanah yang biasanya enggan mampir ke indra penciumanmu.

Selamat datang di taman orang-orang yang sedang jatuh cinta, wahai Sang Pencinta.

-Ifa Avianty, Semusim Lalu-

Monday, 9 March 2009

Go International Lewat Layang-Layang


Siapa bilang band indie gak bisa menembus kancah internasional? Overload Romance (OR) sudah mematahkan pesimisme tersebut dengan lolos masuk nominasi Asian Voice Independent Music Awards (AVIMA) 2009, ajang bergengsi bagi pemusik indie se-Asia.

OR yang digawangi Ari (vocal), Oggie (gitar), Uthe (bass), Andri (keyboard dan synthetizer), dan Vandu (drums) sukses masuk dua nominasi dalam AVIMA 2009, yakni kategori Best Pop Act serta kategori Sunshiny-Feel Good Song of The Year lewat lagu andalan Layang-layang.

"Kami sangat bersyukur bisa masuk ajang bergengsi ini untuk mewakili Indonesia," ujar Ipunk, salah satu manajer OR kepada "MD", Kamis (26/2).

Selain OR, band indie lain asal tanah air yang juga turut lolos adalah Everybody Loves Irene, Koil, Elemental Gaze, dan Ritmic-Traumatic. OR sukses masuk nominasi AVIMA 2009 setelah bersaing ketat dengan band-band indie dari 16 negara di Asia.

"We get 1000 songs to filtering down them to their respective categories. So, I guarantee that all the songs which came to nominee are the best. I wont be suprised if we see these act charting in Europe and US", tegas Siva Chandran, Ketua AVIMA 2009, dalam situs resmi AVIMA. 

Penilaian AVIMA 2009 akan diadakan selama Maret 2009. Sebanyak 30% penilaian didapat dari online voting, sedangkan 70% sisanya didapat melalui penilaian juri dari Eropa, Australia, dan Amerika Serikat.


*Dimuat di SK Mitra Dialog, 9 Maret 2009

Thursday, 5 March 2009

Si Oknum

Sebelumnya,,saya nulis ini dalam kondisi ngantuk, jadi ya maaf-maaf aja ya kalo ada kesamaan tokoh, tempat, waktu, dan tempat.. Namanya juga si oknum..semuanya pasti disamarkan, hehehe.

ini tentang si oknum, yang merupakan teman dari teman tetangganya sodara yang punya kenalan di tempat nongkrong mantannya si temen, yang kebetulan pernah dikenalin ke orang yang ceritain tentang kisah konyol ini ke saya.


katanya,,

suatu hari si oknum jalan-jalan dan enggak sengaja ketemu seorang cewek. Yang awalnya gak kenal, akhirnya mereka ngobrol. Karena sama-sama pemalu, mereka cuma bisa ngobrol menggunakan jasa si F.

rupanya, hasutan si F cukup mumpuni. Si cewek mulai merasa tertarik ke si oknum. Sampai akhirnya ketertarikan itu diketahui temen2 se-genk si cewek. Tak ayal lagi, mereka pun lantas menggoda habis-habisan si cewek.


Yang tadinya berusaha menampik, akhirnya si cewek mengubah cara menghadapi godaan teman-temannya tersebut. Ia mulai cuek menanggapi semuanya. Harapannya, jika bersikap terbuka dan cuek, teman-temannya akan bosan sendiri..


kembali ke cerita si oknum...


rupanya, malah si oknum yang kegerahan akibat godaan teman-temen si cewek kepada cewek itu. Entah mengapa, meskipun si oknum tidak merasakan sendiri godaan-godaan tersebut tiap hari, justru si oknum yang kegerahan. Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk tak menghubungi lagi si cewek.


yah,, si cewek akhirnya cuma bisa membatin


"kayaknya yang digoda-godain tiap hari kan aku.. kenapa malah dia yang ribet?

Kayaknya godaannya juga biasa-biasa aja, kenapa dia bilangnya heboh?
Ini sebenernya yg GR siapa sih?
Aku yang terlalu cuek ngeladenin godaan mereka, atau dia yang terlalu heboh sih?
Whateverlah..biasa aja sih"



Cirebon.

Tuesday, 3 March 2009

Siapa Berani Uji Nyali?


Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Muludan kali ini juga diramaikan oleh wahana Rumah Hantu. Minggu  (1/3)  malam,  saya memberanikan diri untuk ikut memacu adrenalin di  Rumah Hantu. Dari luar sudah ramai terdengar jeritan. 

"Mari, Mbak. Masa kalah sih sama anak kecil itu?  Dia aja berani tuh," ujar Black, penjaga wahana, menantang.

Tak mau kalah, saya pun segera merogok kocek mencari pecahan uang Rp 5 ribu untuk membeli tiket masuk. Sekitar sepuluh orang sudah asyik mengantri. 

Wahana Rumah Hantu kerap menjadi perhatian pengunjung Muludan. Tiap hari, menurut Black, sekitar 60 orang beradu teriakan di Rumah Hantu. Bahkan, pernah pula ada pengunjung perempuan yang jatuh pingsan karena terlalu takut. 

Ada apa sih dengan Rumah Hantu, sampai bisa membuat pengunjung menjerit ketakutan?

Sesuai namanya, Rumah Hantu memang benar-benar berisi hantu. Ada tiga jenis hantu yang ditampilkan, yaitu Kuntilanak, Pocong, dan Tuyul. Tapi jangan takut dulu, sebab ketiga hantu tersebut bukan hantu betulan.  Semuanya hanya pekerja Rumah Hantu yang sudah didandani agar menyerupai hantu-hantu tersebut.

"Tapi tadi di dalem itu bener-bener nyeremin banget deh! Kuntilanak sama Pocongnya kaya beneran. Aku udah takut banget tadi. Suaranya itu lho. Hiyy, serem!" ujar Susan.

Jika Anda masuk ke dalam Rumah Hantu, Anda akan disambut dengan kegelapan. Hanya ada lampu temaram berwarna merah yang menerangi. Di dalamnya ada tiga bilik, tempat masing-masing hantu bersemayam. Tantangan pertama, Anda harus menghadapi Tuyul yang melompat-lompat di samping Anda. Selain itu bilik pertama juga dihiasi dengan patung-patung dan topeng Tuyul.

Eit, jangan dulu menarik nafas lega karena hantu Kuntilanak akan menghampiri begitu Anda memasuki bilik kedua. Segera saja, suara tawa ala Kuntilanak akan membahana mengisi seisi rumah hantu. Tak ayal lagi,  pengunjung langsung menjerit ketakutan. Tapi Anda harus menyimpan teriakan karena usai melewati tantangan kedua, sosok Pocong akan muncul melompat-lompat dari bilik ketiga. Sontak saja, semua pengunjung kembali berteriak. 

Meski pengunjung sadar kalau ketiga sosok yang mereka hadapi hanyalah versi KW alias tiruan dengan efek make-up yang serupa aslinya, tapi tetap saja mereka merasa takut. Apalagi kadang hantu-hantu tersebut bergerak mendekat, sampai-sampai pengunjung lebih memilik teriak sambil menutup mata. 

Walau di dalam Rumah Hantu saling adu teriak, begitu keluar pengunjung cuma menarik nafas lega sambil berucap  jumawa, "Ah, segitu doank. Rumah Hantu, siapa takut?"


*Dimuat di SK Mitra Dialog, 3 Maret 2009

Sunday, 1 March 2009

Main Tembakan di Arena Muludan


"Coba aja tembak, mas. Pasti sampai kalo jaraknya masih kurang dari 10 meter mah". Begitu ucapan Maman (43) seraya memberikan sepucuk senapan kepada salah satu pengunjung lapaknya. Tak lama kemudian, sebuah letusan terdengar. 

Dorr!!

Jangan kaget jika Anda mendengar letusan senjata saat berkunjung ke Muludan. Ini bukan atraksi kejar-kejaran antara pencopet dan polisi, tapi percobaan senapan angin. Ya, Muludan tahun ini juga ikut diramaikan dengan penjualan senapan angin.

Maman, sang penjual senapan angin ini mengambil barang dagangannya dari Cipacing, Cicalengka. Di  kalangan pengguna senapan angin, Cipacing memang dikenal sebagai produsen senapan angin. "Kalau soal kualitas, saya bisa jamin deh. Cukup bilang senapan-senapan ini dari Cipacing, calon pembeli pasti sudah yakin kualitasnya," jelas Maman.

Menurut Maman, biasanya ia menjual senapan angin hasil rakitannya sendiri. Namun sejak tahun 2000-an, ia hanya mengambil senapan dari pabrik. Dibandingkan biaya produksi dan  harga  jual, tambahnya, keuntungan yang didapat sangat sedikit. 

Di  Muludan kali ini, ia membawa sekitar 25 senapan angin. Empat diantaranya sudah terjual. Rata-rata,  Maman menjual senapan anginnya seharga Rp 250 ribu untuk ukuran kecil dan Rp 900 ribu untuk ukuran besar yang disertai peredam suara di moncong senapannya.

"Selama sepuluh hari di sini, baru terjual empat buah. Yang barusan terjual saya lepas seharga Rp 400 ribu  untuk ukuran sedang. Kalau bicara untung-rugi mah, ini keitungnya belum dapet untung. Biaya sewa di sini mahal banget," keluh pria asli Bandung tersebut.

Selama berjualan di Muludan, Maman ditarik biaya Rp 1,5 juta sebagai biaya sewa satu unit lapak. Itu belum termasuk retribusi kebersihan sebesar Rp 20 ribu dan iuran listrik Rp 100 ribu tiap satu unit pemasangan lampu.

"Karena di sini pasangnya dua buah lampu, ya, berarti bayarnya Rp 200 ribu. Semua bayaran itu untuk selama di Muludan," ucap Maman.

Untuk menutup biaya sewa, Maman juga menjual hiasan berupa samurai, golok, dan kujang. Hiasan-hiasan  tersebut dibandrol seharga Rp 100-400 ribu. Tak hanya itu, tapi ia juga menjual beberapa wayang. Ada karakter cepot, raja-raja, maupun  punakawan lainnya. Harganya? Cukup merogoh kocek Rp 25-40 ribu.

"Sekarang sih sudah susah  jual senapan angin. Peminatnya makin sedikit. Yah, paling cuma para pemburu  burung aja yang tertarik membeli. Contohnya, pembeli asal Palembang yang barusan. Dia mau bawa senapannya ke Palembang, di sana kan sebentar lagi musim berburu. Sekarang saya juga jualannya segala macem, lumayan buat nambah-nambahin," jelas Maman.


*Dimuat di SK Mitra Dialog, 1 Maret 2009