"Coba aja tembak, mas. Pasti sampai kalo jaraknya masih kurang dari 10 meter mah". Begitu ucapan Maman (43) seraya memberikan sepucuk senapan kepada salah satu pengunjung lapaknya. Tak lama kemudian, sebuah letusan terdengar.
Dorr!!
Jangan kaget jika Anda mendengar letusan senjata saat berkunjung ke Muludan. Ini bukan atraksi kejar-kejaran antara pencopet dan polisi, tapi percobaan senapan angin. Ya, Muludan tahun ini juga ikut diramaikan dengan penjualan senapan angin.
Maman, sang penjual senapan angin ini mengambil barang dagangannya dari Cipacing, Cicalengka. Di kalangan pengguna senapan angin, Cipacing memang dikenal sebagai produsen senapan angin. "Kalau soal kualitas, saya bisa jamin deh. Cukup bilang senapan-senapan ini dari Cipacing, calon pembeli pasti sudah yakin kualitasnya," jelas Maman.
Menurut Maman, biasanya ia menjual senapan angin hasil rakitannya sendiri. Namun sejak tahun 2000-an, ia hanya mengambil senapan dari pabrik. Dibandingkan biaya produksi dan harga jual, tambahnya, keuntungan yang didapat sangat sedikit.
Di Muludan kali ini, ia membawa sekitar 25 senapan angin. Empat diantaranya sudah terjual. Rata-rata, Maman menjual senapan anginnya seharga Rp 250 ribu untuk ukuran kecil dan Rp 900 ribu untuk ukuran besar yang disertai peredam suara di moncong senapannya.
"Selama sepuluh hari di sini, baru terjual empat buah. Yang barusan terjual saya lepas seharga Rp 400 ribu untuk ukuran sedang. Kalau bicara untung-rugi mah, ini keitungnya belum dapet untung. Biaya sewa di sini mahal banget," keluh pria asli Bandung tersebut.
Selama berjualan di Muludan, Maman ditarik biaya Rp 1,5 juta sebagai biaya sewa satu unit lapak. Itu belum termasuk retribusi kebersihan sebesar Rp 20 ribu dan iuran listrik Rp 100 ribu tiap satu unit pemasangan lampu.
"Karena di sini pasangnya dua buah lampu, ya, berarti bayarnya Rp 200 ribu. Semua bayaran itu untuk selama di Muludan," ucap Maman.
Untuk menutup biaya sewa, Maman juga menjual hiasan berupa samurai, golok, dan kujang. Hiasan-hiasan tersebut dibandrol seharga Rp 100-400 ribu. Tak hanya itu, tapi ia juga menjual beberapa wayang. Ada karakter cepot, raja-raja, maupun punakawan lainnya. Harganya? Cukup merogoh kocek Rp 25-40 ribu.
"Sekarang sih sudah susah jual senapan angin. Peminatnya makin sedikit. Yah, paling cuma para pemburu burung aja yang tertarik membeli. Contohnya, pembeli asal Palembang yang barusan. Dia mau bawa senapannya ke Palembang, di sana kan sebentar lagi musim berburu. Sekarang saya juga jualannya segala macem, lumayan buat nambah-nambahin," jelas Maman.
*Dimuat di SK Mitra Dialog, 1 Maret 2009