Monday, 26 November 2012

Keep Karma and Carry On

Dear Karma,

I have a list of people that you missed.
I believe that you will not miss them again next time, because I know that you will not let evil wins. There will come a time when bad people reap what they planted.
I look forward to hear a good news from you soon.


Respectfully yours,
Me

Thursday, 9 February 2012

Eat or Die


Aturan bahwa tidak makan (sedikit) lebih baik daripada tidak minum tidak berlaku bagi saya. Tidak makan justru jauh lebih berbahaya. Saya bisa mati kalau tidak makan, terutama makanan enak. Tepatnya, mati penasaran.

Selama 2 tahun terakhir, saya selalu rajin berpetualang mencari makanan enak dan murah. Dan selalu ada #papachan yang setia menemani (sekaligus bayar bill). Entah karena si #papachan memang jauh lebih mengerti tentang rasa makanan atau memang dasarnya saya doyan makan, nyaris setiap makanan yang kami coba selalu membuat lidah bergoyang. Eh, kecuali 1 tempat: Tosoto di Cirendeu. Buat lidah kami, soto yang dihidangkan disana rasanya lebih mirip air panas campur minyak yang dikasih garam lalu ditambahkan potongan ayam dan perasan jeruk nipis. Dan sejak saat itu, kami berdua selalu terkikik saat melewati kedai soto tersebut. Anehnya, kedai bermerk sama di Point Square justru kerap ramai pengunjung setiap weekend. Entah karena gak ada pilihan makanan lain yang bisa ditempati, atau memang rasa di kedai tersebut lebih enak daripada kedai yang di pinggir jalan Cirendeu. Atau lidah pengunjungnya yang gak beres, ihihi. *ups*

Nah, kembali tentang makanan enak dan murah, saya dan #papachan menemukan santapan yahud saat ke Bandung beberapa waktu lalu. Namanya Tom Yum. Rasanya? Yum Yum!

Awalnya, saya terpikat dengan iklan kedai Tom Yum tersebut di jagad Twitter. Lihat foto makanannya kok bikin saya lapar. Maka saya pun bertekad, akan mencoba Tom Yum tersebut saat berkunjung ke Bandung. Pucuk dicinta ulam tiba, rupanya teman-teman game saya dan #papachan mengadakan kopi darat di Bandung. Ya sudah, saya dan #papachan pun terbang ke Kota Kembang dengan membawa 3 misi: gathering, bertemu sahabat saya di ITB, dan mencoba Tom Yum. Ketiga misi dijalankan dengan membawa seorang penyusup: adik lelaki saya yang enggan ditinggal sendirian di kosan.

Setelah membujuk rayu setengah mengancam, #papachan dan adik saya akhirnya mau mengantarkan ke kedai Tom Yum, yang sayangnya waktu itu masih berada di pusat jajanan yang lokasi sangaaaaaaat jauh dari kosan. Apalagi malam itu hujan. Tapi akhirnya kami bertiga tidak ada yang menyesal. Makanannya enak! Ya Tom Yum, bihun pedas, mie bersantan yang dilahap #papachan. Rasanya gabungan citarasa Indonesia dan negara asli Tom Yum. Rempah-rempahnya berasaaaaa banget! #papachan yang jago masak pun mengaku puas. Well, satu-satunya dia komplain adalah perpaduan kuah dan daun kemangi yang tidak digunakan  optimal.

“Ini bisa lebih enak lagi nih ay, asal daun kemangi nya gak sekedar jadi hiasan. Tapi dijadiin penambah aroma. Harusnya, setelah semua isi disusun dalam mangkok, trus tambah kemangi di atasnya, baru disiramin kuah panasnya sebelum disajiin. Itu bakal jadi keluar aroma wanginya, plus nanti ada keluar juga rasa kemanginya. Pasti lebih enak!”

Saya yang memang kalah pengalaman soal urusan di dapur cuma mengangguk-angguk. Adik lelaki saya yang memang tertarik soal urusan dapur mendengarkan dengan seksama sambil sesekali bertanya, “Mas, yang ini rasanya dari apa ya?”

Sedang saya, tetap jadi pendengar setia sambil sesekali mengutuki saat sore ketika bertemu sahabat di Gelap Nyawang sembari mengudap soto ayam, es campur, dan nasi goreng. Andai saja, sore itu saya tidak gelap mata melihat beragam menu, pasti masih banyak ruang di perut untuk menghabiskan seporsi Tom Yum sampai tandas. Andai saja, saat memesan Tom Yum saya ingat untuk menambahkan kalimat wajib saya: “Gak pedes ya” (lah, emang bisa gitu pesen Tom Yum gak pedes? *minta dijitak*).

Tapi, andai malam itu saya tidak berhasil membujuk #papachan dan adik lelaki saya, mungkin saya sudah mati. Iya, mati penasaran! Apalagi, berkat keramahan admin @YamYumSimplisio dan @PudingSimplisio, malam itu saya diberi bonus 3 cup pudding rasa anggur, jeruk, dan leci—yang semuanya tuntas masuk ke perut saya, tanpa dibagi ke dua pria pendamping saya. Habisnya enak sih! Apalagi buat saya yang sedang kepedesan *alibi*. xD

Dan saya makin percaya, tidak makan makanan enak akan membuat kita mati. Mati penasaran. Well, sebenarnya gak ada garansi juga sih kalo bakal mati penasaran. Tapi, percaya gak percaya, siapapun yang melihat twit foto dari @YamYumSimplisio lambat laun bakal kena kutukan! Namanya Kutukan Penasaran-Pengen-Nyobain-Rasa-Makanannya. Believe it or not, that curse happen to me.

Avada Kedavra!

Percayalah, foto ini bohong! Porsi aslinya jauh lebih BANYAK daripada di foto.


*PS: untungnya, sekarang kedai Tom Yum dan Puding Simplisio sudah pindah rumah. Lebih dekat ke kosan adik saya: di Jl. Ambon No. 19 Bandung. Dengan harga yang lebih murah karena gak kena pajak foodcourt, dan dengan menu yang lebih beragam. By the way, saya lagi ngidam pengen nyobain Tom Yum Udang dan Bakso dan varian rasa terbaru pudingnya. Ada mau ikut menginvasi kedai Tom Yum? xD

Monday, 6 February 2012

pria nyaris waria dalam moda


Di dalam transjak, di area depan yang sesak. 
Bersama 10 pria yang berlaku laksana waria. 
Entah pura-pura buta atau sengaja tutup mata. Ah, beberapa malah sengaja terlelap sejak mula. 
Padahal jelas-jelas sudah tertera: Ladies Area. Area khusus wanita. 
Slogan “saatnya wanita jadi utama” lagi-lagi jadi harap semata. Wanita tetap harus berdiri, dengan para pria yang tetap duduk di muka, di area yang sama. 
Ibu membawa balita pun dibiarkan saja. Harus ditegur dulu baru ada pria yang bangkit dengan muka terpaksa. 
Ah dasar gila!
Mengaku pria tapi kok kelakuan lebih durjana daripada waria. 


Sabtu malam, bergelantungan dalam transjak dengan suram.
22.00

Sunday, 1 January 2012

[not] a happy new year


Penanggalan di meja saya sudah berganti. Bahasa kerennya, kita sudah menanggalkan apa yang terjadi di tahun 2011 dan menyongsong harapan baru di tahun 2012. Artinya, mungkin mayoritas dari kita menghabiskan minggu pagi dengan tergolek lemas gara-gara hangover pasca pesta kembang api saat countdown tiba. Dan kali ini, saya keluar dari barisan. Balik kanan bubar jalan. Karena, saya tidak termasuk dalam ‘kita’ yang merayakan gegap gempita pergantian tahun dengan tiupan terompet, pesta kembang api, atau semerbak jagung bakar.

Menyesal? Tidak. Karena toh faktanya, selama bertahun-tahun sebelumnya saya selalu merayakan tahun baru dengan ritual khusus: tidur. Dan tahun ini adalah tahun kedua ritual saya tersebut tidak terlaksana. Dua tahun lalu (atau mungkin tahun lalu, I totally forgot), saya absen tidur saat orang lain sibuk meniup terompet dan menyalakan kembang api. Penyebabnya gara-gara janji untuk merayakan tahun baru bersama teman-teman, secara virtual. Oke, saya ngaku! Saat itu saya merayakan tahun baru dengan main game Lineage II di warnet dekat rumah. Gak gitu rugi, karena selama hampir 2 jam, saya dapat makanan dan minuman gratis dari pemilik warnet. Lumayan lah untuk mengenyangkan perut.

Dan tahun ini, ritual khusus saya kembali terputus. Penyebabnya gara-gara si laptop ngambek dua hari sebelum tahun baru. Tiba-tiba saja layar monitor gelap. Berkali-kali usaha saya tanpa hasil, hanya bertemu jalan buntu. Kata #papachan, “Laptop kamu ngambek tuh, akhir tahun bukannya libur malah disuruh kerja”. Saya nyengir. Faktanya, saat si laptop ngambek, saya gak lagi ngerjain kerjaan kantor. Tapi lagi main solitaire sambil bersiap nonton film. Sebelumnya, saya setting tune-up utilities 2011 untuk mengaktifkan turbo boost. Sebelumnya (lagi), menjalankan tune up utilities disk doctor. Well, sebenernya saya menyimpan sebuah curigation. Jangan-jangan penyebab utama laptop saya sakit gara-gara si tune-up dan salah satu aplikasinya?

Walhasil, saya ngungsi di tempat Pujo sejak Sabtu (31/12) sore. Oia, Pujo ini salah satu ahli IT yang sehari-harinya aktif bergelut di bidang game online. (baca: doi gamer yang jauh lebih ngerti soal laptop dan computer dibanding saya). Setelah bolak-balik restart dan cek sana-sini, termasuk juga hasil googling, kami bertiga (saya, #papachan, Pujo) menemukan apa nama penyakit si laptop. Blank Screen of Death. Selintas terdengar seperti nama sebuah skill mage bagi saya. Skill yang bisa memberi efek stun, pain, vampiric, dan fear dalam waktu bersamaan. Durasinya? Jangan tanya! Lebih dari 1x24 jam. Mungkin lain kali si BSoD ini harus lapor ke ketua RT kalau mau bertandang di lain waktu. Eh, jangan! Jangan mampir-mampir lagi! >,<

Dan akhirnya, saat tetangga kanan-kiri asyik meniup terompet dan membolak balik jagung juga ayam bakar, kami bertiga justru kompak menghela napas lega. Si laptop bisa beroperasi kembali. Fiuh! Walaupun akhirnya terpaksa diinstal ulang, hiks. Untungnya, si mister IT ini sudah lebih dulu memindahkan semua data-data saya yang berada di drive C:. Entah dengan command prompt yang bagaimana. Yang pasti, semua data terselamatkan meski saya harus install ulang semua program yang kerap saya gunakan. Jadi, saat orang lain sibuk mengucap ‘Selamat Tahun Baru’, dari  bibir saya justru terucap ‘Selamat (Belum) Perlu Beli Laptop Baru’.