Friday, 28 January 2011

Rindu (Tak) Mati Hari Ini


Aku tidur lagi. Semoga nanti masih bisa bermimpi; biar rindu ini tidak mati dibunuh janji. 

Pesan terkirim. Pukul setengah 3 pagi. Setengah jam setelahnya, ponsel berdering. Nyaring. Nama papachan berkelip-kelip genit di layar. Hati menang pertaruhan. Sang Emosi cuma bisa gigit jari. Akhirnya tangan pegang kendali. Dering ponsel terhenti.

“Ya, halo, mas? Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam. Halo, ay. Jangan marah donk…”
“Yang marah siapa?
“Maaf yaa bebeb. Udah donk jangan marah yaaa. Jangan ngambek yaaa. Udahan kekinya ya ay…”

Saya menghela nafas. Dia diam.Cuma sejenak. Jenak berikutnya sudah mengalir alasan. Ini-itu penyebab rindu terpasung janji. Saya diam, juga hanya sejenak. Berjenak-jenak kemudian diisi kicauan pendek dari mulut saya.

Lagi, dia merajuk.

“Udah ya ay ngambeknya. Maaf. Janji gak lagi-lagi.”

Saya masih diam.

“Udahan ya ngambeknya ayang.”
“Mas janjinya mau telpon. Aku udah tidur lama tapi mas gak telpon-telpon.”
“Maaf ya, tadi aku masih ribet sama laporan. Ini juga aku kebut ngerjainnya, baru kelar nih ay. Ngomong-ngomong tadi sms kamu ngerajuknya lucu deh ay. Ada ngambeknya, ada marahnya, ada kekinya, tapi juga ada kangennya.”
“Aku kan kangen sama mas.”
“Iya aku tau koq ay. Aku juga kangen sama kamu. Udah ya, jangan ngambek lagi.”

Ah, dia selalu tahu tentang rindu. Menggebu. Dia juga paham kalimat sakti paling mujarab: “aku juga kangen sama kamu”. Rayuan yang berhasil. Selalu.

Tapi rindu tak jadi mati. Karena belati janji tak sepenuhnya menikam hati. Rindu hanya mati suri. Tak perlu bermimpi, begitu ucap mentari.
Selamat pagi, beibi.

No comments:

Post a Comment