Friday, 28 January 2011

Rindu (Tak) Mati Hari Ini


Aku tidur lagi. Semoga nanti masih bisa bermimpi; biar rindu ini tidak mati dibunuh janji. 

Pesan terkirim. Pukul setengah 3 pagi. Setengah jam setelahnya, ponsel berdering. Nyaring. Nama papachan berkelip-kelip genit di layar. Hati menang pertaruhan. Sang Emosi cuma bisa gigit jari. Akhirnya tangan pegang kendali. Dering ponsel terhenti.

“Ya, halo, mas? Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam. Halo, ay. Jangan marah donk…”
“Yang marah siapa?
“Maaf yaa bebeb. Udah donk jangan marah yaaa. Jangan ngambek yaaa. Udahan kekinya ya ay…”

Saya menghela nafas. Dia diam.Cuma sejenak. Jenak berikutnya sudah mengalir alasan. Ini-itu penyebab rindu terpasung janji. Saya diam, juga hanya sejenak. Berjenak-jenak kemudian diisi kicauan pendek dari mulut saya.

Lagi, dia merajuk.

“Udah ya ay ngambeknya. Maaf. Janji gak lagi-lagi.”

Saya masih diam.

“Udahan ya ngambeknya ayang.”
“Mas janjinya mau telpon. Aku udah tidur lama tapi mas gak telpon-telpon.”
“Maaf ya, tadi aku masih ribet sama laporan. Ini juga aku kebut ngerjainnya, baru kelar nih ay. Ngomong-ngomong tadi sms kamu ngerajuknya lucu deh ay. Ada ngambeknya, ada marahnya, ada kekinya, tapi juga ada kangennya.”
“Aku kan kangen sama mas.”
“Iya aku tau koq ay. Aku juga kangen sama kamu. Udah ya, jangan ngambek lagi.”

Ah, dia selalu tahu tentang rindu. Menggebu. Dia juga paham kalimat sakti paling mujarab: “aku juga kangen sama kamu”. Rayuan yang berhasil. Selalu.

Tapi rindu tak jadi mati. Karena belati janji tak sepenuhnya menikam hati. Rindu hanya mati suri. Tak perlu bermimpi, begitu ucap mentari.
Selamat pagi, beibi.

Tuesday, 25 January 2011

Lagi, Masih Tentang Rindu

Perkenalkan, namaku Rindu. Aku bersemayam dalam relung Hati pemilik blog ini. Aku meminjam raganya untuk mengungkapkan apa yang kurasa. Ya, tentang apa yang dirasa si Rindu ini. Cih, jangan bilang kau kaget mengetahui bahwa si Rindu ini pun bisa memiliki rasa. Jangan heran. Aku sama seperti kalian. Punya rasa, juga punya rindu. Meski tak punya raga yang fana tapi aku punya jiwa yang bergelora. Rasanya sudah cukup perkenalannya. Lebih baik segera kuselesaikan ungkapan rasa ini, sebelum si pemilik raga tersadar dari mimpi.

Duh, apa tadi yang ingin kusampaikan di sini? Ah ya, aku ingin mengeluarkan unek-unekku tentang rasa dan rindu dalam diriku. Maaf, aku masih harus beradaptasi untuk mengendalikan raga ini.

Nah, mari kembali pada hal yang ingin aku sampaikan karena sejujurnya, aku sangat ingin protes!

Aku ingin protes tentang degup kencang yang kerap melesakkan diriku hingga ke tulang-tulang rusuk. Tentang asinnya air yang kadang membanjiri rumahku. Juga tentang kesepian yang selalu hadir, layaknya iklan rexona: kapan pun, dimana pun.

Kau bayangkan saja. Aku ini laksana balon udara; bisa menggembung, tapi juga bisa menciut. Saat si pemilik raga ini sedang merasakan rindu, maka aku akan melesat membesar. Tapi ketika ia telah memuaskan rindunya, aku akan kembali menciut ke bentuk asalku. Sebesar apapun kemampuanku untuk membesar, tapi aku tetap tak bisa lebih besar dari ukuran rumahku, yakni si Hati. Dan aku yakin kau pasti jauh lebih tahu ukuran pasti dari si Hati. Aku pernah diberitahu Tuan Mata, tentunya dari deretan huruf yang dibacanya, ukuran Hati hanya sebesar kepalan tangan si pemilik raganya. Sekarang coba kau kepalkan tanganmu. Nah, itulah ukuran Hatimu. 

Apa? Kau bilang ukurannya kecil? Ya! Memang! Tapi bagiku, ukuran si Hati sangat-sangat kecil, apalagi jika dibandingkan dengan kewajibanku untuk menggembung mengikuti rindu yang dirasa si pemilik raga, yang SELALU melebihi ukuran si Hati. Bayangkan rasanya kalau kau harus menggunakan sepatu yang ukurannya jauh lebih kecil dari ukuran kakimu. Atau memakai pakaian berukuran S, padahal ukuranmu adalah XL. Belum lagi rumahku kerap kebanjiran dengan air asin. Tuan Mata kerap minta maaf padaku. Tapi kami sama-sama paham bahwa itu bukan salahnya. Mungkin juga bukan salah siapa-siapa. Rasa asin yang kucecap kerap mengingatkanku pada rasa sepi yang sering menemaniku. Lalu, apakah sekarang kau sudah sedikit lebih mengerti bagaimana rasanya jadi aku?

Aku tak sedang mengeluh. Tolong pahami itu. Aku hanya ingin jadi lebih lega. Tak lagi terhimpit oleh segala rasa rindu yang melesat ke segala arah. Aku pun tak bisa menyalahkan si pemilik raga. Toh, sebenarnya dia pun tak benar-benar bisa mengontrol rindu yang menyapanya. Rindu datang dan pergi tanpa diminta. Rindu berkehendak atas dirinya sendiri. Ia tak pernah mengizinkan ada hal lain yang mengaturnya, bahkan aku sekalipun.

Sekali waktu, aku pernah tergiur untuk mengetahui apa yang selalu dirindu oleh si pemilik raga ini. Aku memohon pada Tuan Mata untuk ikut mengintip dari ruangannya. Awalnya, Tuan Mata tak mengizinkanku. Katanya, ia takut aku akan merasakan hal serupa yang dirasa oleh pemilik kami. Kubilang, aku akan menanggung segala resikonya. Dan akhirnya Tuan Mata mau berbagi sedikit ruang untukku. Dan saat itulah, aku melihat penyebab rindu yang kerap melanda si pemilik raga. Kuakui, aku menjadi hilang kendali seketika. Tak kudengar lagi celotehan Tuan Mata yang mengomel panjang-pendek, berbicara tentang nasehatnya yang kuabaikan.

Berhari-hari setelahnya, aku laksana menyatu dengan pemilikku. Aku adalah si pemilik raga. Dan si pemilik raga adalah aku. Hingga akhirnya aku merasa diriku makin membesar. Ukurannya menjadi berlipat daripada sebelumnya. Kupikir, mungkin karena si pemilik raga diterpa rindu, dan aku, si Rindu pun merasakan hal yang sama. Kami merindu dendam. Dendam untuk melampiaskan rindu yang makin membuncah dari hari ke hari.

Dan kini, aku harus membuat diriku lebih lega. Karena dalam 2x30 hari ke depan aku harus melipatgandakan ukuranku. Mungkin lebih lebar daripada cangkangku. Ups, rasanya si pemilik raga mulai sadar. Sampai jumpa. Oh ya, kalau kau bertemu dengan Tuan Pembuat Rindu, tolong sampaikan salam rindu dariku juga dari pemilikku untuknya. Berikan kecup rindu kami untuknya, ya.  Ah, si pemilik raga makin mendekati kesadarannya. Aku harus menuntaskan hal ini. Izinkan aku untuk menyampaikan harapanku yang paling mutakhir ini:

Semoga kelak rindu sublim dalam narasi dan mimpi, lalu kembali mewujud dalam laku yang tak perlu ditirakatkan.



cirebon

Banaspati Kalah Pamor

Aku adalah seorang gadis yang dilahirkan di sebuah kota pelabuhan kecil. Aku lahir, besar, dan tinggal di sini. Tempat di mana segala hal klenik dirawat dengan apik. Lihatlah tiga keraton yang masih berdiri kokoh, lengkap dengan segala hierarkinya. Lihat pula gunung di ujung sana. Gunung yang katanya menyimpan selaksa misteri, yang kadang bisa terdengar auman harimau putih penunggu Pasundan. Lalu bertandanglah ke kolam pemandian di kaki gunungnya. Segarkan dirimu dengan air bulan, bermainlah dengan sekumpulan ikan yang ada di kolam. Tapi jangan harap bisa menyentuh ikan-ikan yang berenang bebas, kecuali, jika mereka mengijinkanmu membelai sisiknya yang licin.

Jangan pula menetes air liurmu karena melihat ikan besar di kolam sebelahnya. Percayalah, kau tak akan mau menggelepar keesokan harinya karena memakan daging ikan bertuah tersebut. Dahulu kala pernah ada pria keturunan Jepang yang tergiur. Dibawanya ikan tersebut pulang, dipotong, lalu dimasaknya dengan beragam rempah-rempah. Harumnya menyebar ke segala penjuru arah. Keesokan harinya penduduk gempar. Pria keturunan Jepang tersebut sudah tergeletak di lantai. Mungkin Izroil mencabut nyawanya semalam. Tapi, ikan yang kemarin dipanggulnya pulang telah berenang gemulai di dalam kolam. Itulah akibatnya kalau melanggar pamali, begitu bisik-bisik orang saat menceritakan kisahnya ke anak-cucu mereka.

Tapi bukan itu yang hendak ku ceritakan padamu. Aku ingin bercerita tentang aku.

Aku gadis yang besar di tempat dimana segala gonderuwo, pocong, buto ijo, wewe gombel, dan hantu asor lainnya bersemayam dalam hati penduduknya. Penduduk percaya, malam Juma’t, terutama Jum’at Kliwon adalah malam keramat. Malam dimana segala kekuatan gaib akan menampakkan wujudnya. Malam keramat yang mungkin hanya bisa disaingi oleh malam 1 Suro. Malam dimana angin akan berhenti berhembus dan segala perkakas keraton dikeluarkan untuk disucikan. Lalu angin akan menebarkan harum bunga kamboja, mawar, melati keraton, juga sedap malam. Ratusan orang bersemadi, menyatukan diri dengan alam. Air doa akan dibagikan. Puja dan puji pun akan dihaturkan kepada Gusti nan Agung, sembari memohon keselamatan dan kesejahteraan. Lalu di tempat-tempat tertentu, tampah berisi kembang 7 rupa, kopi pahit, rokok kretek, dan buah-buahan disuguhkan.

Tapi malam ini bukan malam Jum’at Kliwon, bukan pula malam 1 Suro. Juga bukan malam Selasa Legi dimana makhluk-mahkluk pesugihan akan mengambil wadalnya. Ini Selasa malam. Tak ada yang istimewa di malam ini, setidaknya itulah yang aku percayai. Suatu keanehan jika kemudian di malam ini aku merasakan getar-getar mistis di sepanjang sumsum tulang belakang, yang kemudian meremangkan tengkuk. Belum lagi burung perkutut yang tergantung di depan jendela tiba-tiba merobek keheningan tengah malam. Hanya burung yang tergantung di luar kamarku, tapi tidak dengan burung lain yang berada di samping rumah. Dan ini bukan hal yang biasa terjadi.

Jantungku refleks berdegup cepat. Aku yang sedari sore muram menjadi makin temaram. Moodku memang sedang tak baik. Aku sedang murung tak beralasan. Tapi inilah perempuan, punya saat-saat menjadi makhluk paling murung saat si bulan datang. Kukutuki burung perkutut yang mengagetkan gara-gara ocehannya di tengah malam. Dari kejauhan lamat-lamat kudengar gonggongan anjing. Entah anjing liar atau berpemilik, aku tak mau ambil pusing. Tapi gonggongannya itulah yang membuatku berdesir. Ingat, aku tinggal di tempat dimana kepercayaan mistis telah begitu merasuk dalam kalbu. Dimana setiap bocah dininabobokan dengan dongeng tentang wewe gombel yang memakan anak bandel juga anak yang enggan belajar dan tidur cepat. Dimana setiap bocah akrab dengan ancaman tentang Buto Kala yang kerap menculik anak-anak jika mereka masih bermain saat lembayung turun di ufuk barat. Gonggongan si anjing mengingatkanku bahwa binatang lebih mampu melihat sosok makhluk gaib. Gonggongannya mungkin dari jauh, tapi bagaimana dengan celotehan burung perkutut di depan jendela kamarku?

Kueratkan selimut. Bukan,bukan karena takut akan imajinasi tentang sesosok makhluk tinggi besar yang tengah mengintipku dari balik lubang angin. Tapi berkat hawa dingin yang menyelusup ke pori-pori lalu berdiam di sendi-sendi tulang. Aku adalah gadis yang lahir dengan membawa segala klenik dalam aliran darahku. Samar-samar kulihat dalam anganku, sepenggal kepala yang menyala-nyala dengan rambut-rambut api, melayang di depan jendela kamar. Matanya melotot, dengan taring-taring besar yang menyeruak dari dalam mulut. Lidahnya yang semerah darah menjuntai panjang. Di pulau Dewata nun jauh, kepala itu disebut Banaspati. Ia melayang-layang dari tengah hutan ke rumah yang ia inginkan, untuk memakan darah haid. Dan sialnya, ini malam kedua dari masa keperempuananku. Tapi kupikir, bukankah Banaspati tidak menyeberang laut untuk mencari darah haid? Ia hanya lestari di pulau sana, bukan di sini. Lalu buat apa ia berdiam di depan kamar?

Lalu tiba-tiba aku membayangkan sosok lain yang menggantikan sang Banaspati. Sosok yang lebih kekinian. Tak lagi menyeramkan tapi tetap membuat jantung berhenti berdetak. Ia yang abadi dalam kisah dan tersimpan dalam relung hati remaja masa kini. Sekilas aku melihat deretan giginya yang putih dan tersusun rapi berkilau ditimpa cahaya rembulan. Ah, mungkin dengan kekuatan bulan-lah ia akan menghukum mereka yang tak percaya keberadaannya. Mungkin karena hanya di malam gelap ia mampu berkeliaran. Mungkin, karena ia memang tak memiliki tuah sakti laksana sang Banaspati.

Didera rasa penasaran kuhampiri daun jendela. Kusibak kain gorden untuk menangkap raut wajahnya. Tapi sayang, kelebat hitam keburu memisahkan. Tapi sebelum ia menjauh, masih bisa kupastikan gemerlap menakjubkan di kulitnya. Masih pula kudengar gemerisik angin yang berisik hendak menyampaikan sesuatu padaku. “Memet Kulen”. Rasanya itu yang kudengar darinya. Terdengar dingin dan mematikan namun tetap mempesona. Entah mengapa, aku telah merasa jatuh cinta padanya. Di kejauhan, kulihat sang Banaspati mulai menjauh. Rona api di rambutnya perlahan memudar. Sang Banaspati sudah kalah judi, dan ia harus kembali ke lembaran-lembaran kisah tanpa bisa mewujud kembali. Di tanah keramat ini, pamornya telah mati. Sang Banaspati runtuh digeser keping DVD.



tanah sang wali

Antara Mengampuni dan Berdamai (?)

 
Gara-gara membaca kisah Parang Jati, Marja Manjali, dan Sandi Yuda dalam buku Manjadi dan Cakrabirawa, terutama di bagian Yuda mengkhianati pacar dan sabahatnya; tepatnya saat Marja menanyakan apakah Jati akan memaafkan kesalahan Yuda atau tidak membuat saya teringat akan sesuatu. Tentang persahabatan dari masa kuliah antara sekumpulan lelaki, tentang kepercayaan di ranah profesi, juga tentang firasat saya. Tiga hal yang mungkin tak berkaitan sama sekali, tapi pada akhirnya justru bersatu dalam simpul yang diciptakan seorang makhluk manusia bernama Wanita. Wanita yang bo’im alias bogoh ka imej. Dia yang gandrung citra. Lebih daripada ja’im yang hanya menjaga imej, bo’im melakukan segala hal untuk citra diri. Dia adalah Wanita yang merangsek masuk dalam lingkungan profesi, yang kemudian berteman syahwat dengan seorang pria dari sekumpulan tersebut. Lalu apa masalahnya? 

Masalahnya mulai tercipta saat ada invasi bernama iri dengki yang merasuk dalam sebuah persaingan yang sepenuhnya sakit kronis.

Sebuah persaingan yang kemudian menyebabkan lawan-lawannya tumbang karena sakit parah. Terlalu kebetulan jika sang Wanita beraksi menjalankan bisnis sampingannya saat orang yang ia tandai sebagai lawan utama jatuh sakit. Kebetulan pula jika sang lawan utama tersebut hanya sakit saat hendak mengais rezeki. Sebuah kebetulan yang lain jika kemudian sang Wanita lebih sering menghabiskan upahnya pada jeratan benda-benda bermerk internasional, padahal secara de facto, upahnya mungkin tak cukup untuk membayar gaya hidupnya yang serba hedon. Kebetulan pula bila di saat yang bersamaan sejumlah besar dewa muncul di dunia maya jajahan dewi Venus. Mereka adalah dewa pemanggul senjata rahasia super yang tak dimiliki rakyat manapun. Mereka adalah orang pilihan yang dibekali mantra Bhairawa Cakra. Kebetulan pula jika salah satu teman saya diajak turut serta menjadi dewa, dengan syarat mengirim upeti guna menebus senjata super. Kebetulan lainnya tercipta tatkala sang Wanita tiba-tiba mulai menarik diri dari peredaran, termasuk hendak hengkang diam-diam dari institusi yang menaunginya.
  
"Jika kebetulan-kebetulan terjadi terlalu banyak dan cocok satu sama lain, apakah kita tetap percaya bahwa itu adalah serangkaian kebetulan belaka? Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah kita tetap percaya bahwa itu tidak bermakna? Jika itu terjadi, seorang ilmuwan akan mencari pola-pola. Dan seorang beriman akan mencari rencana Tuhan.”

Tapi saya buka seorang ilmuwan, juga belum berani untuk menyebut diri beriman. Meski demikian, saya tetap percaya mengenai pola-pola dari serangkaian kebetulan tersebut, termasuk berusaha memahami rencana Tuhan. Hingga kemudian tanda bahaya saya terbukti. Apa yang dulu saya khawatirkan menjadi nyata. Saat kebetulan terjadi terlalu banyak dan saling cocok, artinya masing-masing kita memiliki peran. Kini, satu demi satu peran mulai terkuak. Tapi ada satu hal yang masih belum mewujud, yakni rencana Tuhan. Untuk hal ini, biarlah tetap menjadi misteri. Karena misteri bukan teka-teki. Misteri adalah untuk dipendam dalam ruang rahasia di antara jantung dan hati. Rencana Tuhan bukan untuk diomongkan, tapi untuk dijalankan.

Salah satu bagian utama dari kebenaran memang telah terungkap, berkat usaha keras si penyuka Dr. Chopper. Tapi bagian lainnya masih menjadi teka-teki. Tentang keterlibatan si lelaki anggota perkumpulan atas tindak-tanduk Wanita-nya mengenai persaingan tak sehat, juga mengenai usaha sampingan yang tak bisa sepenuhnya disebut halal. Teka-teki bukan misteri. Ia masih dapat diotak-atik sampai kita menemukan jawaban yang pasti. Asalkan usaha pencarian jawaban tersebut tak menyenggol bagian sensitif mereka. Karena “setiap orang memiliki bagian sensitif yang tak perlu kita orak”. Mungkin saja si sensitif ini berkaitan dengan urusan rumah tangga yang berkutat pada perkara kasur, dapur, sumur, lalu kembali ke kasur dan selalu berputar di kasur. Atau bisa juga berupa sebuah kertas alat ukur dengan notasi garis satu atau garis dua. Tak ada yang tahu. Toh, keduanya sama-sama sensitif. 

Nyatanya, laku Wanita tak hanya merusak titik poros yang telah tercipta sebelum kehadirannya. Tapi juga mengganggu kebersamaan antar pria yang telah menjalin persahabatan sejak masa menimba ilmu sebagai siswa yang maha. Ya, hubungan antar pria ini tak lagi polos, tapi tegang seperti tali kolor yang ditarik kencang pada kedua ujungnya. Si Wanita bersalah, baik secara de facto maupun de jure.  Sedang lelakinya pun (mungkin) bersalah. 

Lalu, jika kemudian muncul Marja yang bertanya, “Bisakah kamu memaafkan mereka (atau salah satunya)?”
Saya hanya mampu mengembalikan pertanyaan yang sama padamu, “Kamu sendiri bisa memaafkan mereka (atau salah satunya)?”

Yang pasti, tak ada alasan bahwa dia (atau mereka) tak tahu apa yang dilakukan. Jelas, itu bukan alasan yang bisa begitu saja diterima. Karena dia (atau mereka) tahu pasti apa yang dilakukannya. Dan kita mungkin tak bisa mengampuninya. Karena manusia tak punya kapasitas untuk mengampuni. Barangkali hanya Tuhan yang mampu. Walau kita semua tahu ada dosa-dosa besar yang mungkin tak akan Tuhan ampuni. Barangkali, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah berdamai. Berdamai dengan sisi lain manusia yang tak kita mengerti. Berdamai dengan sisi gelap yang tak bisa kita kuasai. Barangkali karena itulah sisi lain mereka yang gelap bagi kita, yang tak pernah bisa kita pahami.

Setiap kita punya sisi gelap. Bahkan, bisa saja sisi gelap saya adalah sikap keengganan untuk berdamai dengan hal-hal tertentu yang menurut saya sudah tidak dapat ditolerir dengan alasan apapun. Lalu  bagaimana dengan sisi gelapmu?




cirebon

Sunday, 23 January 2011

You're So Close, Yet So Far



Day 2, and still counting. :'(


*credit: ZeroComrade by deviantART





Survey Online

Lagi ribet bikin kuisioner? Bingung nyari sampel orang buat ngisi? Atau pengen bantuin ngisi kuisioner punya orang sambil dapet tambahan duit? Sekarang gak usah repot-repot lagi. :D

Kalau mau iseng-iseng ikutan survei online dan dapat tambahan uang dengan mata uang USD, bisa daftar ke www.surveyhead.com. Sekali mengisi survei, minimal akan mendapat $ 2. Sayangnya, survei tidak rutin muncul setiap hari. Dan lagi, ada minimum payout sekitar Rp 250.000 untuk bisa mencairkan upah kita. FYI, bisa berbulan-bulan untuk bisa mencairkan dana. :(

Pilihan kedua jatuh pada Survei Interaktif. Survei ini berbasis Indonesia, mayoritas survey berbahasa Indonesia, dengan nilai poin per survei 2-10. Minimum pembayaran jauh lebih kecil dibandingkan surveyhead, yakni Rp 20.000 saja (senilai dengan 220 poin). Pertanyaan survei pun lebih mudah dan singkat. 1x survei hanya berlangsung 2 menit. Sedangkan di surveyhead, 1x survei bisa mencapai 20 menit. Keuntungan lainnya, survei interaktif ini memiliki daftar survei yang bisa kita ambil. Hasil survei juga terbuka (kita bisa melihat persentase jawaban dari survei yang telah kita kerjakan). Belum lagi, kita akan dapat poin tambahan jika bisa mengajak teman kita bergabung dan ikut mengisi kuisioner yang tersedia. Sangat mudah, bukan?

Nah, buat kalian yang lagi bingung nyari responden kuisioner juga bisa memanfaatkan Survei Interaktif ini lho. Cukup daftar, lalu pilih opsi My Survey dan buat daftar pertanyaan dan opsi-opsi jawaban. Voila! Jadi deh survey kecil-kecilan. Cukup membantu untuk mengetahui market yang ingin kita bidik.

Selamat menjadi responden ;)



Saturday, 22 January 2011

Tata Krama Jawa

Kebudayaan Jawa sudah terkenal luas memiliki moralitas tinggi yang menjadi pendukung utama  budaya. Moralitas tidak saja dapat dilihat dari sisi psikologis dan historis, melainkan juga merupakan cerminan sikap hidup dan budaya yang lebih menyeluruh. Demikian pula dalam kultur Jawa, ada hal yang dianggap sebagai tonggak budaya dalam memperjuangkan tingkat hidup yang lebih tinggi yaitu moral "Mawas Diri" atau lebih kita kenal dengan sebutan "Introspeksi".

Melalui sejumlah kajian dan pembelajaran, Mawas Diri dapat dikatakan mewakili dasar pembentukan dan pelestarian "Tata Krama Jawa", yang terdiri dari:
1. Nandhing Sarira
Nandhing sarira merupakan yang paling rendah dalam pengkajian diri, karena masih mengutamakan "aku" yang egosentrisme. Nandhing sarira dapat diartikan bahwa kita masih suka membanding- bandingkan "aku" dengan orang lain. "Aku" harus terlihat lebih unggul, lebih baik, lebih terhormat, lebih mulia, lebih bergengsi, dll. Ujung-ujungnya kita berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang "ter", apabila secara positif dikaji dan dipikirkan, kemudian diambil hikmah terbaiknya maka nandhing sarira ini dapat digunakan untuk melihat sisi baik orang lain yang lebih tinggi dari kita. Bukan berarti kita harus selalu membanding-bandingkan diri kita dan keluarga kita dengan orang lain, tapi menjadikan keberhasilan orang lain sebagai motivasi agar kita dapat lebih bersemangat meningkatkan kreativitas, menggali potensi diri, dan mencapai standar yang lebih tinggi dalam kehidupan.

2. Ngukur Sarira
Ngukur sarira yakni kita harus bisa melihat dan menerima kelebihan orang lain. Melihat kelebihan orang lain secara positif untuk kita jadikan barometer dan motivasi agar secara dewasa lebih berjuang untuk meraih kemajuan dalam hidup.
 
3. Tepa Sarira
Tepa sarira (tepa slira) diartikan sebagai sikap mau merasakan perasaan orang lain. Sri Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama mengilustrasikan sikap tepa sarira dengan mencontohkan kepribadian Panembahan Senopati ing Mataram yang "karyenak tyase sesama" yang artinya adalah membuat enak, senang, dan damai perasaan sesama manusia. Apabila hal ini benar-benar kita kaji dan terapkan secara positif maka kita akan jauh dari sifat usil, licik, menyalahkan orang lain dalam bentuk apapun, iri dan dengki, dll. Apabila kita dapat menerapkan tepa sarira ini maka kita akan memiliki rasa kepedulian, positive thinking, akan selalu membahagiakan dan menyenangkan perasaan orang lain, dan kita berusaha menempatkan diri pada perasaan orang lain sebelum bertindak sesuatu.

4. Mawas Diri
Menurut Darmanto Jatman (1977), dalam wilayah ilmu Psikologi, mawas diri merupakan kegiatan manusia untuk menembus ke dataran religius etis. Mawas diri dimulai sejak kita melihat kebahagiaan dan kesusahan diri sendiri, melihat keadaan diri sendiri secara jujur. Melihat dan mengoreksi diri kita sendiri agar dapat lebih mengerti bagaimana hati nurani kita, sehingga kita lebih bertanggung jawab atas apa yang akan kita lakukan. Mawas diri dimaksudkan agar kita terhindar dari sikap semena-mena alias mau menang sendiri. Orang yang mawas diri harus dapat mengontrol pembicaraan, sikap, dan tingkah laku terhadap orang lain, sehingga dari sikap dan perkataannya tidak menyakiti orang lain. Bagaimanapun, diri kita adalah "bukan siapa-siapa" dan "bukan apa-apa" di mata Tuhan, maka kita tidak berhak berbuat yang dapat menyakiti hati orang lain.
 
5. Mulat Sarira
Seperti yang dikatakan oleh Darmanto Jatman (1977), apabila kita telah berhasil meneliti diri sendiri secara tuntas, maka kita akan mencapai tingkatan tertinggi yakni mulat sarira. Mulat sarira dapat digambarkan sebagai 'manusia tanpa ciri' atau menemukan jati dirinya yang universal, karena seseorang yang telah mengetahui bahwa 'aku' sebenarnya bukanlah aku, sebagai orang yang tidak dapat mengumbar nafsu sesuka hati. Melakukan segala hal harus ada batasan dan keprihatinan yang mendalam. Pelaksanaan secara positif dari puasa, tapa, semedi juga merupakan salah satu bentuk sikap mulat sarira. Mulat sarira melihat ke dalam diri sendiri, bahwa semua ketidakbenaran sebenarnya bermula dari diri sendiri. Soenarto dalam bukunya Serat Sasangka Jati menyebutkan, pengenalan diri dapat dilakukan dengan lima lelaku utama, yaitu Rila, Narima, Temen, Sabar, Budi Luhur.

Demikianlah, orang yang berkepribadian dewasa dan matang dapat melihat, mengetahui dan mengenali diri pribadi lebih dalam lagi. Sikap dan pemikiran dewasa dapat membawa manusia pada keunggulan pribadi. Juga dapat dipastikan manusia akan lebih dapat memaknai hubungannya dengan Tuhan yang Maha Esa, sehingga akan dapat terwujud "barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya". Dan "barang siapa mengenal Tuhannya, ia akan menjadi 'bodoh'".
 
 
*Sumber: Heritage of Java

Falsafah Hidup Jawa

Dari beberapa falsafah Jawa yang bersliweran di sekeliling saya, salah satu yang paling mengena di hati adalah gegebengan yang diturunkan oleh RM Pandji Sosrokartono: "Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake". Kalau belum akrab dengan nama ini, tapi pasti akan jauh lebih familiar dengan nama RA Kartini. Yep, sang pewaris falsafah tak lain adalah kakanda dari penulis kumpulan surat Habis Gelap Terbitlah Terang, tokoh emansipasi wanita Indonesia.
Sekarang, mari kita uraikan satu-persatu falsafah hidup tersebut.
Sugih tanpa bandha. Bisa juga diartikan dari kalimat lengkapnya 'rumangsa sugih senajan tanpa bandha', yang dapat dimaknai sebagai kaya sekalipun tak memiliki harta. Meski tak memiliki harta materiil, tapi tetap bahagia dengan apa yang dimiliki. Melalui falsafah ini, kita diharapkan bisa menjadi pribadi yang merasa 'kaya'. Menjadi manusia yang bangga atas dirinya sendiri, tidak merasa rendah diri sekaligus menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. Manusia tidak hanya terpusat pada nilai materi atau keduniawian, tapi juga memiliki jiwa alias sukma. Manusia tak hanya dinilai dari kekayaan materi melainkan juga dari kekayaan jiwa dan hatinya.  Orang yang kaya hati bisa ditandai dari ketentraman jiwa dan pikirannya, sabar, ikhlas, tenang dalam menghadapi segala persoalan, juga senantiasa bersyukur kepada Tuhan.
Digdaya tanpa aji. Biasanya, digdaya dikaitkan dengan kehebatan tubuh; tahan pukul, tahan dari serangan senjata tajam, dll. Dengan kata lain, manusia dikatakan digdaya bila memiliki kesaktian atau memegang jimat. Digdaya yang dimaksud dalam falfasah yang dirumuskan RM Pandji Sosrokartono adalah perkasa sekalipun tidak memiliki jimat/aji-aji, tapi berkat keluwesan sikap. Jika kita memiliki sifat yang baik, tata krama yang unggul, juga mampu beradaptasi dengan lingkungan melalui perilaku 'dimana langit dijunjung di situ bumi dipijak' maka kita dapat meminimalisir musuh atau bahkan tidak memiliki musuh sama sekali. (walaupun nyatanya akan sangat mustahil untuk memiliki 0 musuh, sebaik apapun sifat kita). Semakin sedikit musuh, maka niscaya kita akan terhindar dari segala gangguan maupun serangan. Hidup pun akan menjadi lebih tenang dan nyaman. Hasilnya? Tanpa jimat pun kita akan perkasa dan luar biasa.
Nglurug tanpa bala. Dikatakan demikian karena pada dasarnya, manusia harus berperang setiap saat tanpa bisa membawa pasukan. Perang yang dimaksud adalah perang melawan 'diri sendiri' alias hawa nafsu, baik berupa nafsu amarah, nafsu ketamakan, kerakusan, ambisi, birahi, dll. Musuh paling berbahaya adalah diri sendiri. Pujangga terkenal Ki Ranggawarsita dalam Serat Kalatidha mewariskan Tembang Sinom mengenai hawa nafsu, yakni: "Amenangi zaman edan, ewuh aya ing pambudi, melu edan ora tahan, yen tan melu anglakoni boya keduman melik, kaliren wekasanipun, ndilalah karsa Allah, begja begjaning kang lali, luwih begja kang eling lawan waspada". Terjemahan bebasnya adalah: "Memasuki jaman edan, merasa kesulitan cara menghadapinya. Mau ikut edan tidak tahan, kalau dikatakan tidak ikut edan kok kenyataannya ikut melakukan karena ada rasa keinginan, akhirnya kelaparan. Atas kehendak Allah, beruntungnya orang yang lupa, masih lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada". Tembang ini ditujukan untuk para anak cucu agar tidak serta merta menuruti hawa nafsu yang kerap menggoda, tapi harus bertekad kuat mengalahkannya. Jika kita sudah dapat melawan hawa nafsu dan bisa menempatkannya pada posisi dan porsi yang tepat, maka dapat dikatakan bahwa kita telah menyerang meski tanpa membawa bala tentara dan menang perang. 
Menang tanpa ngasorake. Poin ini bisa pula dihayati dari Tata Krama Jawa, yaitu kita harus taat mengamalkan Nandhing Sarira, Ngukur Sarira, Tepa Sarira, Mawas Diri, dan Mulat Sarira. Bila kita sudah menyatu dengan tata krama tersebut, maka kita akan menjadi pemenang tanpa harus mengalahkan musuh karena kita sudah menjadi pribadi yang 'sareh', senantiasa 'eling', 'waspada', benar-benar mengenal diri sendiri, senantiasa mengutamakan kebaikan, menjunjung tinggi 'laku utama', dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
Itulah, Sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake. Kaya sekalipun tidak mempunyai harta, perkasa sekalipun tidak mempunyai aji-aji, menyerbu sekalipun tidak punya bala tentara, menang pun tanpa mengalahkan.
 
*Dari berbagai sumber.

Saturday, 8 January 2011

Linkstoxx, PTC Legit

Merasa akrab dengan PTC alias Pay Per Click? Dimana kita akan dapet sejumput duit dari hasil klik-klik iklan di internet? Waaahhh, kalo belum tahu sih kayaknya mending ke laut aja deehh :p
Enggak deh, becanda. Daripada ke laut mending baca tulisan ini deh. Lumayan buat isi waktu pas lagi browsing-browsing biar nanti dapet duit juga. Sedikit-sedikit lama-lama pasti jadi bukit koq.

Tapi eh tapi, jangan asal join PTC loh! Soalnya gak semua PTC yang ada bener-bener ngasih uang. Istilah buat PTC model begini namanya PTC Scam. Kebalikannya yaitu PTC Legit; PTC yang bener-bener kasih 'upah' buat penggunanya. Salah satunya, Linkstoxx. 

Linkstoxx ini modelnya kaya akun jejaring sosial macam Facebook, dengan 'kebaikan hati' membagi keuntungan dari iklan-iklan yang muncul kepada para pendaftar di akun tersebut. Bandingkan dengan Facebook yang sama sekali gak ngasih keuntungan buat kita. Padahal setiap buka akun Facebook, kita pasti langsung dijejali dengan beragam iklan. Perbedaan lainnya, Linkstoxx ini berbahasa Perancis. Lumayan kan, itung-itung belajar bahasa seksi ini. (Walau mungkin akhirnya hanya akan berujung di Google Translate :p)

Kalo minat buat join, yah itung-itung iseng-iseng berhadiah deh, monggo langsung aja daftar Disini Gratis tanpa biaya registrasi. 

Kalo udah register, tinggal aktifin akun Linkstoxx kamu dengan memasukkan Activation Code yang dikirimkan ke alamat email. Nanti, setelah teraktivasi, bakal muncul Completez votre profil, istilah kerennya: lengkapi data profile kamu dengan keterangan seperti alamat, tanggal lahir, dan status perkawinan.

Trus gimana donk buat nambahin jumlah poin dan Euro yang bisa kita dapet? Gampang koq.
  1. Cari teman sebanyak-banyaknya. Kalo permintaan pertemanan kita disetujui, nanti bisa dapet 2,000 pts untuk Add dan 1,000 pts untuk Accept
  2. Gabung ke groupstoxx yang punya banyak point dan gratis biaya join. 
  3. Selalu aktif login minimal 1x sehari, selama 1 jam dengan memberi komen di grup yang anda ikuti, add teman baru atau chating
  4. Jangan pernah menolak teman karena dengan menyetujui permintaan pertemanan anda akan mendapatkan 1,000 point
  5. Buat grup ( groupstoxx ) dan undang sebanyak mungkin member untuk gabung dengan groupstoxx kamu. Oia, gruopstoxx ini harus disahkan dulu oleh admin Linkstoxx-nya
  6. Begitu udah di approve, jangan malu buat promosiin groupstoxx kamu. Karena sebagian besar member gak gitu peduli soal isi atau umur suatu groupstoxx
  7. Klik iklan yang ada 1x sehari dan dapatkan €0.05. Watch out iklan dengan keterangan AdClick Est. Value: 0.05 €
Ini dia sedikit contoh keterangan soal point yang udah saya dapet selama 7 hari:



Biar lebih gampang buat dapet point, sebaiknya setting pertemanan ke opsi otomatis. Caranya : klik PARAMETRES DU COMPTE. Lalu ubah 'Demandes de Contact' dari 'Me Demader' menjadi 'Toujours Accepter'. 
Tapi lebih asoy lagi kalo gak mau repot nebak-nebak bahasa Perancis atau intip contekan ke Google Translate, ubah aja setelan bahasanya. Caranya: klik 'Langue préférée' dan ubah ke 'English' (walaupun tidak sepenuhnya menjadi bahasa Inggris sih).
Nah, satu hal yang penting lagi, sila atur metode pembayaran kamu. Bisa pake Paypal. (Kalo saya sih via Paypal). Caranya tinggal masukin akun Paypal kamu ke menu Gestion des Paiements yang berada di bawah menu PREFERENCES.
  


Info Tambahan :
  1. kalo kamu daftar melalui invite atau referer member linkstoxx, maka nanti akan langsung mendapat bonus earning sejumlah euro
  2. Keaktifan atau loyalitas berpengaruh banget lho terhadap earning yang nanti kita dapatkan
  3. Pembayaran dilakukan otomatis setiap akhir bulan
  4. Undang sebanyak mungkin teman untuk bergabung melalui invite code anda
  5. Jumlah earning akan berubah-ubah, tergantung keuntungan yang diperoleh pihak Linkstoxx

Sekedar berbagi, saya iseng daftar akun ini tanggal 30 Desember. Dan pada 31 Desember 2010 langsung ada pembayaran ke akun Paypal saya. Lumayan deh, itung-itung penglaris buat bulan selanjutnya, hihihi. Check this out deh ;)
Nah, tunggu apa lagi deh? Ikutan yuks. Daripada browsing mulu tapi gak dapet apa-apa. Mendingan iseng klik-klik iklan deeehh ;) Daripada-daripada, kan mendingan mendingan, hehehe. Nih, saya kasih lagi link buat joinnya, klik aja Disini