Bloody Ice -
Pusat Militer Procyon, 15.50 PM
Menjelang misi penyerangan ke markas Capella, aktivitas di koridor asrama
menjadi lebih ramai daripada biasanya. Sage Procyon telah mengumumkan bahwa
misi ke Desert Scream kali ini hanya melibatkan Divisi II dan IV, namun divisi
lain tetap harus bersiaga untuk mengantisipasi serangan balasan ke markas besar.
Apalagi beberapa minggu lalu markas besar diserang habis-habisan oleh pasukan Capella.
Anggota Konfederasi Procyon dari berbagai divisi tampak hilir-mudik, sibuk
mempersiapkan diri masing-masing. Mereka berjalan cepat-cepat dengan langkah
tegap, selayaknya seorang ksatria Procyon sejati. Sesekali kulihat mereka
berhenti sejenak untuk sekedar mengucap salam atau memberi hormat saat
berpapasan dengan atasan. Tapi tetap saja hanya sedikit yang berani menyapa
atau memberi salam padaku, meskipun aku adalah seorang Great Officer—pangkat
ketiga tertinggi di bawah Sage Procyon. Cih, persetan dengan segala salam dan
hormat!
Sambil berjalan, kupandangi lagi orang-orang yang lalu-lalang di sekitarku.
Sebagian besar tampak tegang dan menggeretak-geretakkan gerahamnya. Membuat
wajah tegang mereka makin terlihat nervous.
Ah, mereka pasti orang-orang yang baru bergabung dengan Konfederasi, dan
ini pasti misi besar pertama mereka. Sedangkan anggota lainnya kulihat tampak
sibuk memakai seragam perang sembari berlari-lari kecil. Kutahan tawa saat
kulihat beberapa anggota yang hampir jatuh tersandung jubahnya sendiri. Coba
kutebak, sebentar lagi mungkin akan ada yang saling menabrak.
Duk!
“Eh sorry, aku gak lihat kamu. Seragam sialan ini sudah sempit, susah
sekali dipakai. Kamu kenapa gak geser dulu sih tadi?”
Perlahan ku lihat pria yang baru saja menabrakku. Dia masih sibuk
membetulkan posisi seragamnya. Rambut hitam panjang diikat ekor kuda. Wajahnya
tampak cukup familiar, walau aku yakin belum pernah melihatnya di asrama. Kulirik
nametag kecil di dada kiri dan tittle
pangkat di bahunya. Masih Supreme Gladiator rupanya, padahal kulihat seragamnya
sudah agak lusuh tanda sering dipakai berperang. Mungkin ia kurang berdedikasi
kepada Konfederasi.
“Verdion,”
gumamku.
Mendadak koridor menjadi lengang. Orang-orang kini berhenti berjalan
dan mulai melihat ke arahku dan si penabrak ini. Pria yang tadi kusebut namanya
mengangkat wajahnya. Gerakannya langsung terhenti saat melihat siapa yang
ditabraknya. Sedetik kemudian, ia terburu-buru mengangkat tangan kanannya
memberi hormat padaku.
“Maaf. Maaf. Maaf. Aku benar-benar tak sengaja. Sekali lagi maafkan
aku Vaiza..”, ucapnya cepat.
“Turunkan tanganmu. Kau
menghalangi jalan semua orang disini”, timpalku sambil berjalan melewatinya.
Aku terus berjalan menyusuri koridor menuju lobby utama, dan tak lagi memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang. Banyak hal yang berkeliaran di pikiranku, bahkan terlalu banyak dari yang seharusnya. Padahal kami anggota Konfederasi selalu ditekankan untuk selalu fokus pada misi tanpa memikirkan hal lainnya. Pikiranku saat ini terasa penuh, membuatku jadi tidak ingin memikirkan apapun, termasuk misi penyerangan ini sekalipun.
Tak lama, aku pun sampai di lobby
utama. Lobby Tierra Gloriosa dimana
terdapat warp tower di tengahnya. Kualihkan
pandanganku ke deretan pintu kaca otomatis berwarna biru cemerlang di ujung lobby. Di balik pintu tersebut terlihat
pemandangan kota utama koloni Bloody Ice dari atas, yang bersalju dan akan
tetap selalu bersalju. Suasana kota utama terlihat seperti biasanya. Nampak
dari kejauhan kerumunan orang yang sedang mengikuti pelelangan Lady Yekaterina.
Aku selalu tertawa sekaligus kasihan tiap melihat orang-orang yang rela
mengikuti lelang di tempat terbuka seperti itu, mengingat udara koloni Bloody
Ice yang sangat dingin. Yekaterina berdiri dalam balutan pakaian bulu hangat di
teras gudang kecil yang digunakannya menyimpan barang-barang lelang, sementara para
peserta lelang harus berdesak-desakan di lapangan terbuka penuh salju di
depannya. Kenapa lelang tidak dipindahkan ke dalam ruangan tertutup sih. Apalagi
kudengar minggu lalu ada beberapa peserta lelang yang ambruk terkena bronkhitis
gara-gara terlalu lama terkena angin dingin di lapangan salju tersebut.
Memikirkan peserta lelang yang terkena bronkhitis membuatku teringat sesuatu.
Tapi ahh, sulit sekali mengingatnya secara utuh. Mungkin gara-gara pikiranku
sedang penuh kali.
Hmm, rasanya ingin sekali-kali melihat suasana lelang dari dekat, tetapi
sebentar lagi aku akan telat mengikuti briefing.
Kuurungkan niatku dan kembali berjalan mendekati warp tower. Nampak beberapa orang yang juga menggunakan warp tower tersebut, baik teleport in maupun out. Begitu warp
tower sudah berjarak sekitar satu meter,
aku segera menggumamkan kata-kata.
*)Based on my @CABALIndonesia's character. Written by an old friend. Edited by me.
No comments:
Post a Comment