Beberapa lingkaran berwarna kuning terang langsung muncul dari kakiku,
lalu bergerak naik ke kepala. Ketika tubuhku sudah berada di dalam lingkaran
kuning tersebut, seketika itu juga pandanganku menjadi gelap, disertai munculnya
ribuan bintik putih laksana bintang yang mulai terbang kesana kemari dengan
amat cepat. Kupejamkan mata dan mulai menahan nafas. Saat warp, udara disekelilingmu akan menjadi hampa sejenak. Kalau nekat,
bisa dipastikan kau akan panik karena sulit bernapas. Beberapa detik kemudian semua
kembali ke normal, dengan lobby utama
markas besar di depan mata.
Seorang anggota Konfederasi muncul di sebelahku, ia baru saja
melakukan teleports in ke markas besar seperti yang baru saja kulakukan.
Dari ekspresinya, ia pasti belum terbiasa dengan sensasi unik yang muncul saat
melakukan warp. Dia berdiri dengan
limbung, kemudian terbatuk-batuk lalu mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Kalau saja
tadi dia memejamkan mata dan menahan napas sewaktu warp, pasti dia tak akan kaget seperti sekarang. Ah, dia harus
membiasakan diri dengan ini”, pikirku.
Aku menoleh sedikit ke belakang, di sana ada warp tower yang ukurannya puluhan kali lipat lebih besar daripada warp tower di lobby asrama yang baru saja kugunakan. Lobby utama markas besar memang jauh lebih besar dan megah daripada
lobby asrama, tentu saja, apalagi
dengan beragam bentuk ornamen kaca berwarna biru di berbagai tempat. Tapi tetap
tak ada yang seindah patung lambang Procyon di bagian tengah lobby utama. Setiap bagiannya dibentuk
dari kristal biru yang berkilauan saat terkena cahaya.
Tak mau terus terpaku menikmati kristal-kristal biru tersebut, aku
segera beranjak ke pintu koridor menuju ruang briefing. Selagi berjalan, untuk beberapa saat pandanganku sempat teralihkan
ke arah utara, tempat tangga raksasa yang dihiasi karpet biru hitam indah
dengan motif keemasan di sekelilingnya dan lambang Konfederasi Procyon di tengahnya.
Di ujung tangga itu terdapat gerbang besar yang juga berwarna biru hitam dengan
lambang Procyon di tengahnya. Di depan gerbang tersebut berdiri dua Guardian
dari Divisi I. Divisi I adalah divisi pertahanan utama yang dipimpin oleh
Bringer Force Shielder. Gerbang tersebut menuju area
pribadi Sage Procyon, dan hanya boleh dimasuki oleh Guardian, pemimpin Divisi
I, Bringer Warrior, dan Sage Procyon sendiri.
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku sampai di depan pintu baja
menuju ruang briefing. Begitu pintu
otomatis itu terbuka, terlihat ruangan besar dengan puluhan orang duduk di
kursi besi berbentuk balok. Di depannya terdapat meja balok, juga dari besi,
lengkap dengan tiga laptop kecil di atasnya. Nampaknya yang mengikuti briefing
tersebut hanya anggota Konfederasi yang berpangkat Officer. Kemudian terdengar
suara perempuan menyapaku lembut.
“Lho, tumben sekali kau terlambat Vaizard. Kau tak terganggu lagi
dengan vertigo di kepalamu, kan? Ayo cepat cari tempat duduk kosong. Nanti akan
ku jelaskan hal apa saja yang kamu lewatkan”, celoteh perempuan itu.
Dia Storm Bringer Force Blader Lucivera, pemimpin Divisi IV. Dia kemudian
berjalan ke depan ruang briefing,
membelakangi layar monitor berukuran besar. Layar tersebut menampilkan peta dan detil kontur wilayah sekitar markas
Capella di Desert Scream. Bringer Lucivera berambut panjang sepinggang berwarna
hitam sedikit kebiruan, dengan eye shadow biru gelap. Wajahnya nampak
masih muda, cantik, dan terkesan keibuan. Bringer Lucivera terkenal sebagai bringer
yang paling baik terhadap bawahan dan jarang sekali marah. Kalau kuingat, bahkan aku belum pernah melihatnya membentak siapapun. Aura yang
terpancar dari dirinya terasa tenang dan damai, berbeda 180 derajat dengan
orang di sebelahnya.
Di sebelah Bringer Lucivera berdiri seorang lelaki tinggi tegap dengan badan berotot paling besar se-Konfederasi. Nampak tattoo menyembul di lehernya yang besar. Jika dia membuka armornya, akan terlihat tattoo menyeramkan yang memenuhi punggung dan kedua lengannya. Kudengar tattoo di tangan kirinya terdiri dari ratusan kombinasi angka, yang menandakan berapa banyak musuh yang sudah ditebasnya. Rambutnya spiky berwarna putih. Di wajahnya terdapat beberapa luka akibat perang, membuat wajahnya makin terlihat garang. Laki-laki itu adalah Bringer Warrior Zeraphiel, pemimpin Divisi II. Orang yang disebut-sebut sebagai ksatria terkuat di Konfederasi Procyon, sekaligus tangan kanan Sage Procyon. Dia berdiri seraya melipat kedua tangan di dada dan menatap tajam ke semua orang di dalam ruangan. Tatapan matanya sangat tajam dan mengerikan, tidak seorangpun berani balas menatapnya. Mungkin, dialah satu-satunya pemilik tatapan yang paling ditakuti se-Konfederasi dibandingkan tatapan mataku yang bagai iblis.
Di sebelah Bringer Lucivera berdiri seorang lelaki tinggi tegap dengan badan berotot paling besar se-Konfederasi. Nampak tattoo menyembul di lehernya yang besar. Jika dia membuka armornya, akan terlihat tattoo menyeramkan yang memenuhi punggung dan kedua lengannya. Kudengar tattoo di tangan kirinya terdiri dari ratusan kombinasi angka, yang menandakan berapa banyak musuh yang sudah ditebasnya. Rambutnya spiky berwarna putih. Di wajahnya terdapat beberapa luka akibat perang, membuat wajahnya makin terlihat garang. Laki-laki itu adalah Bringer Warrior Zeraphiel, pemimpin Divisi II. Orang yang disebut-sebut sebagai ksatria terkuat di Konfederasi Procyon, sekaligus tangan kanan Sage Procyon. Dia berdiri seraya melipat kedua tangan di dada dan menatap tajam ke semua orang di dalam ruangan. Tatapan matanya sangat tajam dan mengerikan, tidak seorangpun berani balas menatapnya. Mungkin, dialah satu-satunya pemilik tatapan yang paling ditakuti se-Konfederasi dibandingkan tatapan mataku yang bagai iblis.
“Vaizard, ayo cepat duduk. Aku mau melanjutkan briefing”, tegur Bringer Lucivera.
Rupanya
gantian aku yang diperhatikan oleh Bringer Lucivera. Aku pun berhenti
memperhatikan Bringer Zeraphiel dan langsung menoleh kesana kemari mencari
tempat duduk kosong. Kulihat Raydic dan Nydia duduk bersebelahan, tetapi tempat
duduk di samping mereka sudah terisi. Raydic seorang Force Shielder berambut
hitam cepak, sedangkan Nydia Wizard berambut biru pendek sebahu.
Aku melihat seseorang yang menunjuk tempat kosong di sebelahnya. Dia
adalah Great Officer Linsley dari Divisi IV. Seorang Force Blader berambut
kuning panjang diikat, orang kepercayaan Bringer Lucivera. Hanya Bringer
Lucivera dan Linsley-lah orang dari divisi lain yang cukup ramah padaku dan tak
segan mengajakku berbicara. Aku pun bergegas menuju ke tempat duduk di sampingnya.
“Hari yang cerah untuk berperang, eh?” ujar Linsley sambil tertawa
kecil ketika aku sudah duduk di sampingnya.
“Yah…” jawabku singkat tanpa berniat melanjutkan percakapan.
Kupandangi laptop di depanku, tapi bisa kurasakan Linsley masih
memandangku sambil tersenyum. Bringer Lucivera melanjutkan briefingnya, tetapi aku hanya memandang kosong ke laptop di depanku
untuk waktu yang cukup lama. Display di monitor laptop berubah-ubah mengikuti
display monitor besar di depan ruang briefing. Tak ada yang benar-benar kuperhatikan, kecuali kalimat Bringer Lucivera
sesaat sebelum menyudahi briefing.
“Seperti yang kalian tahu, berdasarkan komando Sage Procyon, misi kali
ini hanya melibatkan Divisi II yang dipimpin Zeraphiel dan Divisi IV yang
dipimpin olehku. Tapi Vaizard, Raydic, dan Nydia, 3 Officer dari Divisi III
akan ikut membantu kita. Mereka diperbolehkan memberikan instruksi bagi anggota Divisi II dan Divisi IV yang berpangkat Supreme Gladiator ke bawah,
jika kalian kehilangan kontak denganku, Zeraphiel, atau para Officer
dari Divisi II dan IV”, tegasnya.
“Hmmph… Dan aku tidak akan membuang-buang waktu untuk memberikan
instruksi pada siapapun.”
Bringer Zeraphiel menimpali dengan suara yang lantang namun terdengar
sangat dingin.
“Karena banyak orang lemah yang terluka dan harus dirawat akibat
peperangan yang lalu, jumlah total Divisi II dan IV pada misi kali ini hanya
sekitar 600 orang. Sedangkan menurut mata-mata kita, jumlah Capella yang ada di
Desert Scream diperkirakan mencapai 1000 orang. Kita outnumbered. Karena
itu kita sengaja melakukan night raid sambil menunggu musuh lengah, agar
kita memeroleh keuntungan di medan perang. Sage Procyon sudah mempercayakan
misi ini pada kita, maka orang yang berani menyia-nyiakan kepercayaan Sage
Procyon, tentu akan dijawab oleh pedangku!“ ancamnya seraya menggenggam hulu
pedang.
Kalimat terakhirnya sudah
kudengar ratusan kali, sehingga membuatku hampir muntah karena muak. Tapi Zeraphiel
memang tidak segan-segan untuk menghukum bawahannya sendiri. Tak lama kemudian,
Bringer Lucivera pun mengakhiri briefing.
“Usai briefing, harap kalian segera menginstruksikan bawahan masing-masing untuk bersiap dan mengambil
Legacy Weapon. Pukul 18.00 PM semua pasukan bersiap di base camp Desert Scream dengan astral bike masing-masing. Meskipun
kita kalah jumlah, tapi aku berharap kalian tetap mengeluarkan kemampuan
terbaik kalian, dan semoga korban di pihak kita dapat diminimalisir. Aku berdoa
untuk keselamatan kita semua. Kode untuk misi kali ini adalah: NightScream.
Briefing selesai.”
*)Based on my @CABALIndonesia's character. Written by an old friend. Edited by me.
No comments:
Post a Comment