Friday, 25 November 2011

Epilogue: Reminiscence and Future’s Wish


3 Years Later


Pagi yang cerah di Port Lux. Aku memasukkan 3 setel pakaian yang baru saja selesai dicuci ke dalam tas dan bersiap-siap untuk pergi.

“Heeei, udah siap nih ceritanya?”, ujar Nydia yang baru saja memasuki kamar.
“Yah, begitulah…”, jawabku sambil tersenyum simpul.
“Siiiippp… Emmm, tapi kamu yakin enggak mau tinggal lebih lama lagi? Baru juga 3 hari. Kamu enggak betah ya nginep di rumah baru aku?”, wajahnya menyiratkan sedikit kekecewaan.
“Lah, bukan gitu. Kalo bisa sih justru aku pengen di sini terus. Rumah kamu bagus, tempatnya juga enak banget. Tapi mau gimana lagi… Aku harus balik ke Tower of Sage hari ini, dan hari ini cuma ada pagi-pagi kan jadwal kapalnya. Maaf yaaa, hehe.”
“Hmmmhh. Ya udah deeeh… Salam buat Raydic sama Stevaroz ya. Bilangin mereka harus dateng ke sini minggu depan. Sok-sok sibuk banget sih, pake alibi banyak kerjaan segala. Huh!”
“Ahahaha. Iyaaa nanti aku bilangin deeh. Makasih banyak ya, Nyd.”
No probleeemMakasih banyak juga udah dateng ke sini, hehe. Nanti kalo kalian bisa dateng bertiga, kita pesta-pesta deeh. Hehe.”
“Ahahaha, bereeeess.” Kali ini kuacungkan dua jempol padanya.


Aku berjalan keluar dari rumah Nydia dan mulai menyusuri jalan menuju pelabuhan sambil memanggul tas punggung di bahu kanan. Sama sekali tidak terasa berat, karena memang barang bawaanku hanya sedikit.

Hmmh, akhirnya kembali ke rutinitas pekerjaan. Rasanya memang ingin terus berada di sini, apalagi sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berkunjung ke Port Lux. Tak lama, akhirnya pelabuhan pun terlihat. Sebenarnya tidak tepat juga disebut pelabuhan karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Hanya ada sebuah dek yang bisa memuat maksimal 3 kapal kecil. Saat aku sudah semakin mendekati pelabuhan, seekor kupu-kupu merah terbang melintas di depanku.

Kupu-kupu merah, eh…?

Mendadak terasa hawa yang benar-benar aneh. Aku segera menoleh kesana-kemari seperti sedang mencari sesuatu, meskipun belum sepenuhnya sadar mengenai apa yang kucari. Namun akhirnya kuhentikan pandanganku pada dua orang di kejauhan. Mereka tengah berjalan menyusuri pantai di sebelah pelabuhan.

Seorang gadis berambut merah panjang bersama seorang laki-laki…

Aku berusaha untuk menajamkan pandangan dan menata kembali pikiranku untuk beberapa menit.

Ya… Postur tubuh dan perawakannya benar-benar serupa, seperti gadis kecil berambut merah yang kuingat 3 tahun lalu. Kini gadis itu memakai baju lengan panjang dan rok panjang berwarna merah muda keunguan, dan sedang menggendong bayi.

Hanya saja, ada yang terasa sedikit berbeda dibandingkan apa yang pernah kuingat dulu dari si gadis kecil berambut merah. Senyum dan ekspresi wajahnya seolah-olah mengatakan bahwa dia sekarang jauh lebih dewasa, dan hampir tidak memiliki sifat-sifat jelek yang dimilikinya; yang kutemukan pada sosok si gadis berambut merah dalam mimpi panjangku dulu. Bahkan kini aura keibuan pun terpancar dari dirinya.

Tanpa diperintah, secara otomatis wajahku membentuk senyum saat melihatnya…

Samar-samar kudengar suara laki-laki di sebelahnya.

“Mah, kamu abis sakit kan? Udah minum vitamin belum?”
“Oh iya, hampir aja lupa.”

Gadis itu pun menelan sebutir kapsul vitamin dengan mudahnya dan meminum air dari botol yang baru saja diberikan oleh laki-laki di sebelahnya. Padahal seingatku, gadis berambut merah yang ada dalam mimpiku tidak bisa menelan tablet atau kapsul obat.

Ah, rasanya ingin sekali aku berlari dan menghampirinya… Sangat banyak yang ingin kukatakan… Tapi nyatanya kakiku laksana batu, tidak melangkah sesenti pun…

Lagipula, memangnya dia kenal denganku? Mungkin kebetulan saja kan dia ada dalam mimpi anehku itu, hahaha. Tapi pikiran aneh kembali muncul di kepalaku.

Apa dia juga pernah memimpikan hal yang sama sepertiku…?

Tapi cepat kutepis pikiran itu. Kayaknya mustahil banget.

Yang jelas, aku benar-benar senang dan bersyukur bisa mengalami mimpi seperti itu. Jika tidak, mungkin aku tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini…

Dan apa yang kurasakan dalam mimpi itu masih sama sampai sekarang, sama sekali tidak berubah…

Sambil tetap tersenyum, aku pun kembali berjalan ke pelabuhan.

Terima kasih, Winnevia…
Ya, sekarang… Waktunya pulang



*)Based on my @CABALIndonesia's character. Written by an old friend. Edited by me.
Psst, by the way, actually that's name mentioned above was not exactly my character's name :p 

No comments:

Post a Comment