“Hai, beib (panggilan mesra untuk lawan jenis,red —berasal dari bahasa
Inggris-baby). Kamu ke mana aja? Koq gak pernah kasih
kabar ke aku sih? Gak kangen ya, sama aku?”
“Maaf beib. Aku
lagi banyak tugas di kantor. Makanya baru sempet
main lagi sekarang. Pindah lobby (ruang tunggu,red) yuk. Kita kiss
(ciuman,red—fasilitas dalam game bagi pasangan) dulu.”
***
Percakapan di atas bukan terjadi antara sepasang kekasih yang nyata.
Tapi antara perempuan dan laki-laki di dalam game online Ayodance.
Di game ini, selain pemain bisa saling adu ketangkasan tangan dan
telinga dalam menarikan sebuah lagu, juga dapat mencari pasangan. Mau pasangan
yang berlaku hanya di dalam game atau pasangan di kehidupan nyata? Bebas
koq. Suka-suka saja.
Seperti Fatkur dan Rhani di atas, yang memilih berpasangan hanya di
dalam game. Di luar itu, mereka tetap berteman tanpa ada embel-embel
mesra. Tapi saat bertemu dalam game, keduanya langsung ganti “baju”
menjadi sepasang kekasih. Saking mesranya, tak ada yang dapat mengira
kalau dalam kehidupan nyata, sebenarnya mereka hanya berteman. Bahkan mereka
sama-sama sudah punya pacar yang ‘nyata’.
“Ketemu juga cuma pernah sekali koq. Itu juga cuma satu hari aja,
dan kita malah main game bareng. Pacar kita berdua sama-sama tahu soal
saya sama dia (Rhani,red) yang jadi pasangan di Ayodance. Tapi gak
masalah tuh. Kan cuma boong-boongan, cuma becandaan aja. He
he he,” terang Fatkur sambil terkekeh.
Ya, sekarang game online sudah menjadi fenomena yang tak asing lagi.
Tua muda, pria wanita, semua asyik bermain game. Bahkan dari data yang
dikeluarkan oleh Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo) menyatakan, 1
dari 8 orang Indonesia adalah pemain game online. Dalam data yang dapat
diunduh melalui situs Depkominfo ini disebutkan, hingga saat ini jumlah warung
internet yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai lima juta warnet dengan
rata-rata tiap warnet memiliki sepuluh komputer. Padahal, masih menurut data tersebut, jika
pengguna game online rata-rata enam orang per warnet, maka setidaknya
ada 30 juta orang Indonesia yang memainkan permainan interaktif tersebut.
Jumlah yang sangat fantastis bukan? Mengingat di Indonesia, game online baru
mulai dikenal tahun 2001.
Menurut situs Wikipedia, game
online adalah permainan yang dimainkan oleh beberapa orang dengan sistem
jaringan komputer. Dengan kata lain, kita dapat memainkan game online apabila terhubung dengan jaringan
internet maupun Local Area Network (LAN).
Kata game tidak terlepas dari kata permainan. Game sudah
kita kenal semenjak usia bayi di bawah lima tahun (balita) sampai sekarang.
Seiring berkembangnya arus teknologi terutama dalam bidang informasi dan
komunikasi, jenis permainan yang ada pun berevolusi. Puncaknya, saat ini dapat
kita lihat perkembangan beragam permainan yang telah menggunakan alat-alat
elektronik seperti GameBoy, Play Station, game house di komputer, bahkan
game yang terdapat di dalam alat komunikasi (gadget) seperti handphone.
Kemunculan game online diawali dari munculnya software
Java dan Flash keluaran Microsoft. Bermula dari permainan yang
berdasarkan teks hingga permainan yang menyatukan grafik serta warna yang
kompleks seperti game saat ini. Teknologi dalam streaming audio,
video dan sejumlah interaksi di dalamnya telah berhasil meciptakan dunia ideal
bagi pengguna game online. Di dalam game online, mereka memiliki
teman atau komunitas permainan, tempat berbagi pengalaman bak simulasi
kehidupan sehari-hari.hal ini semakin menjadikan game online menjadi
salah satu bentuk baru aktivitas sosial. Kecocokan antar pemain terkadang pula
membawa mereka ke dalam pertemanan di kehidupan nyata.
***
Sekitar enam atau tujuh tahun lalu game yang menggunakan sistem
LAN—kerap disebut game jaringan sempat menjadi fenomena di kalangan gamer
Indonesia. Saat itu, game Counter Strike menjadi game terlaris
di kalangan gamer. Lambat laun, kepopuleran Counter Strike pun mulai termakan
jaman. Dewasa ini, banyak gamer yang mulai beralih menggandrungi DotA, game
yang mengusung genre Real Time Strategy (RTS) dan dimainkan oleh jutaan
orang di berbagai belahan dunia, sehingga akhirnya game tersebut mampu
membentuk sebuah komunitas yang mengagumkan. Berdasarkan pengamatan kami, dalam
satu kali permainan yang berdurasi 1 jam, rata-rata sebanyak 2.368 pemain
terhubung satu sama lain dalam 200 game DotA.
Seiring dengan semakin meningkatnya ketertarikan terhadap game,
teknologi piranti lunak untuk game pun berkembang makin pesat. Yang
awalnya hanya sekedar game berbasis PC atau TV yang dimainkan sendiri
atau secara bersamaan (multiplayer) di sebuah medium yang sama, kini
mulai bergerak ke arah permainan yang terhubung secara online. Artinya,
pemain dapat beradu strategi dan keterampilan dengan sejumlah besar pemain yang
berada di belahan dunia lain melalui internet.
Jenis-jenis game online bergenre Multiplayer Online Game
(MOG) tidak berbeda jauh dengan game berbasis LAN. Ada yang mengusung
strategi, role playing, atau bahkan sport. Sebut saja, DOMO (Dream
Of Mirror Online) yang berjenis Role Playing Game (RPG), PangYa yang
berjenis fantasi sport atau GunBound yang mengusung kategori turn-based.
Pembagian jenis game semacam inilah yang kemudian
mengotak-kotakkan beberapa game sehingga memiliki penggemarnya
masing-masing. Inilah yang kemudian menjadi faktor pembeda dengan game
online standar yang sering dijumpai di situs-situs seperti Yahoo atau MSN.
Jika game online seperti yang disebut di atas membutuhkan ketekunan dan
keterampilan dalam memainkannya, game-game online standar seperti Yahoo
Pool sama sekali tidak membutuhkan ketekunan.
Setiap tahun, rata-rata pertumbuhan game online mencapai 79%
setiap tahunnya. Perkembangan game online yang cukup pesat ini ditunjang
oleh penambahan pemain dan game yang diciptakan. Bagi pemain, game
online saat ini bukan sebagai hiburan semata. Bermain game diyakini
secara tidak langsung sebagai ajang mengasah otak. Pemain dapat mengasah
kecepatan berpikir dan melatih otak saat bermain game. Di Indonesia saat
ini terdapat kurang lebih 12 game online yang aktif menyediakan jasanya.
Fenomena game online yang dijadikan sebagai gaya hidup di
belahan dunia saat ini cukup menakjubkan. Aktivitas bermain game online
diprediksi dapat mengalahkan keberadaan situs-situs populer dengan tema
jaringan sosial seperti Friendster, Multiply, YouTube, dan website lainnya yang
menyediakan video online.
Setidaknya, seperti itulah kenyataan yang diungkapkan oleh Parks
Association dalam risetnya, The Casual Gaming Market Update, yang
ditulis situs www.d-net.com. Penelitian tersebut menyatakan bahwa dua pertiga
pengguna internet dewasa di Amerika Serikat selalu bermain game online.
Sedangkan 29% dan 19% masing-masing mengaku rutin menonton video online dan
mengunjungi situs jaringan sosial.
Game Online di Indonesia
Game online pertama kali masuk ke
Indonesia pada tahun 2001. Saat itu, jumlah pemain game online terbilang sangat
sedikit. Jenis permainannya pun belum sepopuler sekarang. Tapi sekarang peminat
game online makin banyak, tidak hanya anak-anak kecil dan remaja, orang
dewasa pun ikut-ikutan keranjingan. Ini disebabkan grafik games yang
semakin jelas dan mirip seperti aslinya, juga karena jenis game yang
semakin banyak, sehingga orang tertantang untuk mencobanya.
Selama empat tahun pertama
perkembangannya di Indonesia, hanya ada sembilan jenis game yang beredar, yaitu
Nexia, Redmoon, Laghaim, Ragnarok Online, GunBound, Xian, Risk Your Life
(RYL), Tantra Online, dan Survival Project (Lihat tulisan: Perintis
Game Online Indonesia). Dari sembilan games tersebut, tiga diantaranya
telah mati karena kalah bersaing sehingga ditinggalkan peminatnya. Games
yang masih bertahan pun hidupnya ibarat orang yang memakan buah simalakama:
hidup susah, mati tak mau. Peminatnya sedikit. Para pemainnya sudah berpindah
ke lain hati, melirik game lain yang menawarkan tampilan dan gameplay
(jalan cerita permainan,red) yang menarik serta beragam keuntungan lainnya.
Hingga kini, ada sejumlah games
online yang tengah digandrungi para pemain di Indonesia. Di antaranya adalah: Ragnarok,
Stargate, Knight, Deco, Audition Ayodance, GunBound, Xian, Pangya, Seal,
Getamped-R, RYL, DotA, RF Online, Yulgang, Ghost Online, Angel Love
Online, Street Dancer, Master of Fantasy, Perfect World, dan ROSE Online.
Perkembangan game
di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Fenomena game
online di Indonesia tidak kalah maraknya dibandingkan dengan yang terjadi
di luar negeri. Jumlah game
online di atas belum termasuk game yang pernah ada namun kemudian
mati karena kurang diminati gamer. Sekarang di mana-mana sangat mudah
ditemui warnet-warnet yang menyediakan layanan permainan game online.
Tidak hanya di kota-kota besar, beberapa kota kecil pun sudah
"diserang" oleh candu ini.
Andi Suryanto, Presiden
PT Lyto Datarindo Fortuna, salah satu publisher game di Indonesia
mengatakan, potensi pasar Indonesia memang bagus. Ragnarok Online—salah satu game yang dikeluarkan
PT Lyto—misalnya, mampu menggaet tiga juta anggota.
”Game Seal Online juga naik anggotanya, sekarang dimainkan sekitar
800.000 orang. Untuk Rising Force (RF) Online dimainkan sekitar 1,5 juta
orang di semester awal saat dikenalkan pada publik,” jelas Andi.
Dari segi potensi pasar, jumlah pemain game aktif di Indonesia
mencapai sekitar 25 juta orang, mulai dari game console, game online,
dan game telepon genggam. Sebuah potensi yang jarang dibahas serius oleh
banyak pihak.
Dengan kondisi pasar seperti itu, Indonesia menjadi pasar yang cukup
potensial untuk industri permainan interaktif.
Sejauh ini, Indonesia memang menjadi pasar favorit produk Korea, apalagi
sebagian besar game online adalah hasil produksinya. Pasar Indonesia
memang terbilang seksi karena jumlah penduduknya yang besar.
Apalagi nilai transaksi dari game online tergolong bukan jumlah yang
kecil. Dalam satu jenis permainan saja, misalnya RF Online, jumlah
rupiah yang beredar pada satu hari bisa mencapai angka Rp 50 jutaan. Transaksi
ini berasal dari penjualan voucher game, pembelian barang ke pihak Lyto,
juga transaksi dalam mata uang rupiah antar pemain. Transaksi antar pemain ini
bisa berupa tukar-menukar voucher, jual-beli karakter game,
jual-beli equip dan armor (senjata, pakaian dan perlengkapan
karakter,red), serta jual-beli mata uang resmi game.
Tak banyak warung internet (warnet,red) yang menyediakan game online
secara serius. Hanya beberapa di antaranya yang terlihat antusias menjadikan
warnetnya menjadi trademark bagi para gamer. Dari pengamatan
kami, salah satunya adalah X Treme Multi Player Games & Internet Centre,
yang terletak di Ruko Bintama No 2, Bintaro.
Bandung yang merupakan kota besar dengan jumlah gamer kedua
terbanyak setelah Jakarta pun memiliki banyak warnet serupa. Sebutlah Whiz di
kawasan Ciumbuleit yang selain menyediakan layanan game online juga
menjual segala macam voucher game terlengkap di Bandung. Atau Kubus,
yang sudah membuka dua cabang, di Bandung dan Jatinangor. Selain itu, di
Jatinangor juga ada warnet serupa yang selalu dipenuhi para gamer. Misalnya
BungaMas, VOD, Starcom, dan Batara.
Mengenai laba yang diperoleh, Andre tidak mau memberi info. Namun pemilik X
Treme Multi Player Games & Internet Centre ini secara diplomatis
mengatakan, dari hasil warnet yang dimilikinya, dia sudah menambah satu warnet
lagi di kawasan Bintaro, lengkap dengan game centrenya, serta beberapa
lagi di Pondok Cabe, Rawamangun dan Jembatan Lima.
***
[bersambung, ahey! :)]
No comments:
Post a Comment