“Met ulang tahun, Win! Semoga panjang umur, sehat selalu. Semoga apa yang diharapkan dapat terkabul di hari yang indah ini.”
***
Cuplikan sms di atas dikirim seorang teman, tepat di hari ulang tahun saya, 4 Oktober beberapa bulan lalu. Beberapa orang juga mengirimkan hal yang serupa. Mirip, dengan susunan kata yang berbeda. Namun esensinya sama: mengucapkan selamat ulang tahun.
Selamat ulang tahun, met ultah, happy birthday, happy anniversary, met milad. Semuanya sama. Mengucapkan selamat kepada seseorang atas bertambahnya usia mereka. Tapi haruskah hal tersebut dirayakan? Haruskah kita mengucapkan selamat kepada seseorang saat kontraknya di dunia berkurang? Apalagi ditambah doa agar yang bersangkutan panjang umur dan sehat selalu. Logikanya, saat umur kita bertambah, maka masa hidup kita akan berkurang. Dan tentunya, tak akan panjang umur. Ini nih anehnya orang Indonesia. Berkurang umur kok malah diberi ucapan selamat? Aneh rasanya saat ada orang yang merasa senang disaat (mungkin) kita akan mati.
Padahal, akan lebih baik jika peristiwa tersebut dijadikan ajang refleksi diri. Dijadikan sebuah cermin untuk kita berkaca mengenai seperti apa kehidupan kita selama ini. Sudahkan kita menjadi pribadi yang baik? Sudahkan kita memanfaatkan waktu yang telah kita lalui dengan sebaik-baiknya?
Padahal, akan lebih baik jika peristiwa tersebut dijadikan ajang refleksi diri. Dijadikan sebuah cermin untuk kita berkaca mengenai seperti apa kehidupan kita selama ini. Sudahkan kita menjadi pribadi yang baik? Sudahkan kita memanfaatkan waktu yang telah kita lalui dengan sebaik-baiknya?
Waktu adalah kertas kehidupan yang harus ditulis dengan deretan kalimat kerja dan prestasi. Dia akan merasakan kehampaan yang luar biasa bila dilalui tanpa terisi tinta kreasi atau diisi dengan kalimat kerja yang terputus. Bahkan dia akan merasakan kekosongan jiwa bila ada rentang waktu yang kosong dan tidak bernilai apapun.
Bila sampai saat ini Anda berumur 23 tahun, seharusnya ada 23 jilid kehidupan yang berjudul nama Anda. Setiap jilid itu terdiri atas 12 bab, 365 halaman. Setiap halaman terdiri dari 24 baris atau 8760 kata. Kita-lah yang menentukan apakah baris-baris itu akan penuh dengan kisah “exciting" tentang persaingan, kisah perjalanan menuju perpustakaan, membaca, dan lain-lain. Ataukah hanya berupa deretan kisah tentang tidur dan bermalas-malasan. Hal yang paling menyedihkan jika setiap lembarnya justru kosong tak berisi tulisan apapun! Lantas, bagaimana kita akan berkata pada para pembaca kehidupan bila setiap lembarnya hanya berupa kertas kosong?
Genggamlah komitmen terhadap waktu karena keunggulan itu sangat dekat dengan orang yang paling efektif memanfaatkan waktu. Lalu, sudahkah kita termasuk dalam golongan orang yang efektif memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kualitas hidup?
Wie alt sind Sie? Berapa umur Anda sekarang?
Saya (sudah) 23 tahun. (Semoga) masih ada waktu untuk memperbaiki buku kehidupan. Bagaimana dengan Anda?
Selamat ulang tahun. Atau haruskah saya ucapkan: "Selamat berkurang umur. Semoga kita semakin bijak dalam menjalani hidup. Amin".
*) lagi-lagi, ini adalah tugas mata kuliah tajuk rencana, di tahun 2008. tentunya telah mengalami tahap koreksi, terutama pada angka usia, ahaha.
No comments:
Post a Comment